Dalam salah satu tulisan Anthony de Mello, diceritakan tentang seorang petani jagung yang mendapatkan penghargaan nasional. Bukan hanya karena jagungnya yang berkualitas, melainkan karena ia juga membagikan benih jagung terbaiknya kepada semua petani di desa tempat ia tinggal. Hal ini tentunya membuat orang banyak ingin tahu, sehingga ia ditanya, “Mengapa kamu membagikan benih jagung terbaik kepada semua tetangga kamu?” Maka si petani jagung itu menjawab, “Jika aku menanam benih yang baik, dan tetanggaku menanam benih yang tidak baik. Lalu terjadi penyerbukan silang, entah lewat angin atau binatang. Apa jadinya? Aku pun tidak akan mendapatkan jagung yang berkualitas. Aku berbagi sehingga benih jagungku juga berkualitas.” Dari cerita Anthony de Mello tersebut, kita belajar bahwa ketika seseorang rela memberi yang terbaik untuk orang lain, maka kita sudah menjadi berkat buat orang lain. Kerelaan memberi bukan membuat seseorang merugi, melainkan malah memberkati. 

Demikian juga dengan kisah seorang anak yang rela memberikan lima roti dan dua ikan miliknya buat orang banyak dalam Injil Yohanes 6: 1- 15. Menarik, ketika Yesus mengambil roti itu, mengucap syukur dan membagi-bagikannya kepada mereka yang duduk di situ, demikian juga dibuat-Nya dengan ikan-ikan itu, sebanyak yang mereka kehendaki (ayat 11), bukan hanya cukup, malah berlebih sisa 12 bakul. Lima roti dan dua ikan sungguh menjadi berkat buat orang banyak pada saat itu. Kerelaan memberi ternyata tidak bergantung pada apa yang kita miliki semata, melainkan pada hati yang mau berbagi. Hati yang digerakkan oleh kasih. Maka Allah dalam kuasa-Nya yang akan memberkati apa yang kita berikan dengan kerelaan sehingga menjadi berkat buat orang lain. Marilah kita terus belajar memberi dengan kerelaan bukan dengan keterpaksaan. Kerelaan kita dalam memberi, akan menjadi berkat yang terbagi. Mari kita merenungkan pesan Firman Tuhan hari ini: Sudahkah kita menjadi berkat? Selamat Hari Minggu. Tuhan memberkati. Amin (WIT)