Dalam kebudayaan Jawa ada filosofi “manunggaling kawula Gusti – Bersatunya kami dengan Tuhan” Filosofi ini menunjukkan upaya manusia yang lemah dan tidak berdaya untuk menyatu dengan Sang Khalik hanya bila tunduk pada-Nya. Menurut pandangan tersebut, siapapun orangnya dapat bersatu dalam persekutuan dengan Tuhan asal ada kesediaan untuk mengosongkan diri dan menyatukan hidupnya dengan Tuhan. Untuk mencapai harapan itu, diperlukan perjuangan yang tidak mudah dan tidak sembarang.

Bagaimana menurut pemahaman iman kita? Berdasarkan bacaan 1Yohanes 4: 7- 21, kita dapat menyatu dengan Allah jika kita menyediakan diri untuk hidup bersekutu dengan Dia dan menerima Anak-Nya (Yesus Kristus) yang menjadi pendamaian bagi dosa kita. Persekutuan itu sendiri terjadi atas inisiatif Allah di dalam Yesus Kristus dan oleh Roh Kudus, serta kesediaan manusia dalam menanggapi kasih yang dinyatakan-Nya. Sebagai wujud bahwa kita hidup di dalam Dia, maka ciri khas sebagai orang yang tunduk kepada-Nya adalah hidup di dalam kasih. Jadi, kasih adalah tindakan nyata Allah dan orang percaya. Ini yang membedakan dengan filosofi manunggaling kawula Gusti.

Persekutuan orang beriman yang menyatukan diri dengan kasih Allah menjadikan dirinya tidak hanya mengasihi Allah namun juga mewujud dalam tindakan mengasihi sesama. Tindakan saling mengasihi merupakan wujud kasih Allah yang dipancarkan dalam hidup orang percaya. Kepada mereka yang menyatakan diri mengasihi Allah namun tidak mewujudkan kasih, maka mereka tidak mengenal Allah karena Allah adalah kasih. Menyatukan diri dalam persekutuan dengan-Nya, berarti menjadikan “Engkau dalamku, aku dalam-Mu”. Engkau (Allah di dalam Yesus Kristus) hidup di dalam kehidupan kita, berada dalam satu persekutuan dan bukan berada di luar yang sewaktu-waktu diperlukan dan hanya dibutuhkan saja. Sebagai orang yang hidup bersama Dia, maka kitapun mau hidup tunduk seperti yang Dia mau.  Sebagai wujud nyata kalau kita mengasihi Allah yang telah berinisiatif memanggil kita masuk dalam persekutuan bersama-Nya, maka kita akan mengasihi saudara kita dan kita tidak mungkin membenci mereka. “Barangsiapa mengasihi Allah, ia harus juga mengasihi saudaranya”.  Amin.  (SRS)