Rasul Paulus bangga dengan Jemaat di Tesalonika. Meski dalam penindasan berat, mereka menerima firman dengan sukacita, dan menjadi teladan untuk semua orang di wilayah Makedonia dan Alhaya. Mereka tidak sekedar menerima Yesus, tetapi juga menjadi penurut TUHAN (1 Tesalonika 1 : 6 - 7). Kekuatan Jemaat Tesalonika dalam menghadapi penderitaan berat adalah karena mereka menjadi penurut TUHAN setelah mendengar firmanNya yang disampaikan Rasul Paulus. Itulah rahasia ketangguhan mereka yang juga berdampak bagi banyak orang.

Kebanggaan Rasul Paulus ialah karena dia dipercaya Allah untuk menyampaikan Injil, yaitu Kabar Baik mengenai Yesus Kristus (ayat 4). Untuk itu dia tidak mencari pujian bagi dirinya  maupun bagi orang lain, melainkan untuk kepujian Allah. Itulah sebabnya dia melakukannya dengan ramah, sama seperti seorang ibu mengasuh dan merawati anaknya (ayat 7). Hubungan kasih sayang seorang ibu terhadap anak-anaknya dipakai Rasul Paulus untuk menggambarkan sikapnya dalam membagi-bagikan Injil Allah.

Betapa pentingnya teladan Rasul Paulus itu dalam membagikan

kabar baik dari Allah, terlebih kepada mereka yang sedang menderita hidupnya. Kabar Baik dari Allah tidak untuk menambah beban penderitaan orang, melainkan untuk memberi pengharapan akan kelepasan dalam Kasih Yesus Kristus. 

Keluarga sebagai unit Gereja yang terkecil adalah merupakan tempat pertama dan utama, dimana Injil itu dibagikan dan dituruti, sehingga kehidupan keluarga menjadi tabah dan tangguh dalam menghadapi berbagai pergumulan hidup.

Yang tidak kurang pentingnya disampaikan Rasul Paulus, bahwa dia melakukan semuanya itu karena mengasihi Jemaat Tesalonika. Ya, oleh Kasih Allah kita menerima Injil itu, maka dalam kasih juga kita membagikannya, sehingga keluarga kita hidupnya dapat menjadi teladan bagi sesama kita. Kehidupan berkeluarga dalam kasih sayang dengan mematuhi Firman TUHAN akan memberi dampak yang baik dan menyenangkan di dunia (JHW)