Download Tata Ibadah Jadwal Kebaktian Lihat Arsip

Jadwal Kebaktian : Senin 26 Desember 2016

"YESUS DATANG, ADAKAH IA MENDAPATI IMAN PADAMU (Natal Keluarga)"

——— LUKAS 18:8

ANDAIKATA YESUS JADI GUBERNUR DKI(*)

 

Pagi tadi sejumlah wartawan ibukota menunggu kedatangan gubernur di tangga Balai Kota. Seturunnya dari mobil Mercy hitam, gubernur segera dikerumuni para wartawan yang mengucapkan selamat berkenaan dengan ulang tahunnya pada hari ini. Dengan cepat pula para wartawan mengajukan pertanyaan kepada gubernur yang tampaknya sudah tergesa-gesa ingin masuk.

 

Wartawan kami merekam tanya jawab antara wartawan (W) dengan gubernur (G) sebagai berikut:

 

W  :   Pak Gub, kemarin malam semua gereja di Jakarta merayakan ulang tahun Bapak. Bagaimana perasaan Bapak?

G    :   Biasa saja.

W  :   Gereja-gereja mana saja yang kemarin malam Bapak kunjungi?

G    :   Satu pun tidak saya kujungi. Kemarin malam saya diam di rumah.

W  :   Lho, bukankah Bapak tamu VIP? .

G    :   Saya tidak senang melihat mereka yang suka duduk di sofa yang empuk dan bagus di baris terdepan.

W  :   Tapi Pak, mereka berdoa.

G    :   Mereka mengelabui mata orang dengan doa yang panjang-panjang, padahal mereka menelan rumah janda-janda dan menggusur rumah orang lain seenaknya.

W  :   Jadi, Bapak tidak setuju orang beribadah?

G    :   Saya tidak mengatakan begitu. Maksud saya, saya membenci segala kumpulan dan perayaan mereka. Jauhkan dari pada saya keramaian koor mereka, dan lagu-lagu nyanyian jemaat mereka, tidak mau saya dengar. Yang penting biarlah keadilan bergulung-gulung seperti air dan kebenaran seperti sungai yang selalu mengalir.

W  :   Mengapa Bapak berkata begitu?

G    :   Sebab saya tahu, bahwa banyak perbuatan mereka yang jahat. Mereka menjadikan orang benar terjepit. Mereka menerima uang suap. Mereka mengesampingkan orang miskin di pintu pengadilan negeri. Mereka benci kepada yang memberi teguran di koran. Mereka menginjak-injak orang yang kedudukannya lemah dan mengambil pajak dengan cara memeras. Mereka rakus.

W  :   Jadi, Bapak menganggap iman itu tidak berguna?

G    :   Maksud saya, iman harus disertai perbuatan. Jika iman itu tidak disertai perbuatan, maka iman itu pada hakikatnya adalah mati.

W  :   Apa Bapak setuju Natal dirayakan dengan pesta?

G    :   Asal saja semua sampah bekas pesta itu dibuang pada tempatnya. Jakarta harus bersih.

W  :   Ada gereja yang ber-Natal dengan anggaran lebih dari satu juta rupiah, padahal....

G    :   Peduli amat, itu uang mereka, asal saja uang halal dan asal mereka ingat memberi kepada yang susah.

W  :   Tapi itukan mewah, Pak?

G    :   Ah, mengapa Saudara melihat selumbar di puncak Monas sedangkan bis bertingkat di dalam mata Saudara tidak Saudara ketahui. Jangan Saudara menghakimi orang lain mewah, padahal Saudara sendiri sekarang memakai baju safari yang begini bagus.

W  :   Apa Bapak setuju orang-orang merayalkan ulang tahuun Bapak dengan pohon terang?

G    :   Mengapa tidak? Asal saja jangan menebang pohon cemara. Pakai saja pohon plastik. Jakarta perlu dihijaukan, sebab itu janganlah pohon cemara dikorbankan untuk Natal.

W  :   Menurut Bapak, kegiatan yang paling positif pada hari-hari Natal ini?

G    :   Ibadah yang murni di hadapan Allah ialah mengunjungi yatim piatu dan janda-janda dalam kesusahan mereka. Memberi bingkisan Natal kepada yang lapar, yang sakit, yang di dalam penjara.

W  :   Tapi itu untuk mereka, bukan untuk Bapak.

G    :   Segala sesuatu yang Saudara lakukan untuk salah seorang dari warga kota yang paling hina ini, Saudara telah melakukannya untuk saya.

W  :   Tapi, kami – wartawan – tidak pernah menerima hadiah Natal, Pak.

G    :   Adalah bahagia memberi daripada menerima.

W  :   Pak, akhir-akhir ini Jakarta sering banjir, apa ini tanda akan kiamat?

G    :   Ah, Saudara ini sok beragama. Apa hubungan banjir dengan kiamat? Banjir ini karena kita suka buang sampah sembarangan, lalu sampah itu masuk ke got dan kali. Nah, got dan kali jadi dangkal. Akibatnya air meluap.

W  :   Pak, bagaimana caranya supaya lalu lintads di Jakarta jangan macet?

G    :   Jangan ada yang naik mobil. Naik unta saja.

W  :   Apa pendapat Bapak tentang.....

G    :   Ah, sudah dulu.  Marilah kita pergi ke tempat kerja kita masing-masing. Saya sekarang harus mendatangi beberapa kantor kelurahan, karena untuk itu saya telah datang.

 

(*) Andar Ismail, “Selamat Natal”, 33 Renungan Tentang Natal, BPK Gunung Mulia, Jakarta hl.75-78

Pelayan Kebaktian