Saat ini, kita sering mendengarkan ungkapan tentang kata cukup yang paradoksal, seperti, “kita harus hidup berkecukupan”; cukup 3 mobil, cukup 4 rumah, cukup 5 handphone, dan lain-lain yang menunjukkan cukup, namun berlimpah. Kata cukup menjadi sangat relatif bagi setiap orang. Cukup untuk si A bisa berarti kelebihan atau kekurangan untuk si B. Lalu apa yang dimaksudkan oleh Paulus kepada Timotius dengan kata cukup? Menarik karena Paulus mengemukakan dua hal penting dalam hidup manusia, yaitu secara spritual dan jasmani. Kedua haruslah sama-sama dijalani dengan kecukupan. Ibadah harus disertai rasa cukup serta kehidupan jasmanipun juga disertai rasa cukup.

“Ibadah yang disertai rasa cukup (yun: autarkeia) memberikan keuntungan besar” (ay. 6). Hal ini berarti ibadah merupakan keuntungan yang besar dalam hidup kita, sehingga kita tidak lagi memburu kekayaan materil secara berlebihan. Keuntungan yang dimaksud oleh Paulus adalah keuntungan rohani, karena ibadah menjamin kehidupan saat ini dan kehidupan yang akan datang,sebab kita tidak membawa sesuatu apapun kedunia dan kita pun tidak membawa apapun ke luar dunia (ay. 7). Sungguh sebuah pandangan yang sangat mendalam dari Paulus untuk melihat kekayaan. Dengan kekayaan rohani ini,kita dapat menikmati kehidupan di dunia ini dengan secukupnya, asal miliki pakaian dan makanan, cukuplah (ay. 8).

Kekayaan rohani-kecukupan jasmani merupakan pesan firman Tuhan yang relevan dengan  kondisi kehidupan kita saat ini. Persoalan besar di dunia ini diawali oleh banyaknya orang yang tidak pernah merasa cukup atau serakah.Seperti yang dikatakan olehMahatma Gandhi, “Dunia ini menyediakan cukup bagi kebutuhan setiap orang, namun tak cukup bagi keserakahan setiap orang”. Untuk merasa cukup tidaklah mudah, oleh sebab itu Paulus mengingatkan lagi akan fondasi kehidupan kita yang utama bukanlah kepada material namun kepada yang spiritual.“Jangan pernah merasa cukup hidup bersama dengan Kristus, namun hiduplah secara cukup dalam keseharianmu, sebab dalam Kristus dirimu selalu mengalami kelimpahan sedangkan bersama kekayaan engkau selalu merasa kekurangan”.(RP)