Apa alasan kita menyebut seseorang itu sebagai imam? Apa kriteria seorang imam? Apakah imam hanyalah mereka yang memiliki kekuasaan, kehormatan, jabatan? Apakah diri kita adalah seorang imam? Dalam kisah Allah menampakkan diri-Nya di Gunung Sinai, Allah telah menyatakan bahwa umat perjanjian-Nya adalah “Kerajaan imam dan bangsa yang kudus” (Keluaran 19:6). Allah telah menyatakan bahwa setiap orang terpanggil menjadi imam dengan Allah sebagai Rajanya. Rasul Petrus menuliskan: “Tetapi kamulah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri, supaya kamu memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia, yang telah memanggil kamu keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib.” (1 Petrus 2:9). Allah memanggil kita sebagai seorang imam yang menyatakan kehendak-Nya.

Kitab Ibrani melengkapi kita dengan menunjukkan sikap imam yang belajar dari teladan Yesus Kristus sebagai Imam Besar kita. Apa yang kita teladani dari Yesus:

• Yesus yang turut merasakan kelemahan-kelemahan umat-Nya.
• Yesus yang mengalami pencobaan namun tidak berbuat dosa.
• Yesus yang telah ditetapkan oleh Allah untuk mempersembahkan persembahan korban, bukan saja bagi umat-Nya, tetapi juga untuk diri-Nya sendiri.
• Yesus yang tidak memuliakan diri-Nya, tetapi dimuliakan oleh Allah.
• Yesus yang sekalipun Anak Allah, telah belajar menjadi taat dari apa yang telah diderita-Nya.
• Yesus yang adalah pokok keselamatan bagi umat-Nya.

Oleh karena perbuatan-Nya, Yesus diakui sebagai Imam Besar Agung menurut peraturan Melkisedek.  Melkisedek adalah seorang yang dihormati dan diakui oleh orang-orang Yahudi sebagai imam Allah yang Mahatinggi (Kejadian 14:17-20). Namun, dalam kebesaran dan keagungan-Nya, Yesus tidak menyangkal kelemahan-Nya sebagai manusia sejati.  Penderitaan yang ditanggung-Nya justru membuat Dia sempurna. Ia menjalankan ke-imam-an-Nya melalui jalan penderitaan. Kemuliaan-Nya ada pada penderitaan-Nya.

Bagaimana dengan kita? Maukah kita menjawab panggilan ke-imam-an kita, sekalipun jalan derita harus kita tempuh? Yakinlah, di dalam kelemahan, kita tetap dikuatkan oleh Yesus, Sang Imam Besar Agung. Tetaplah setia!