Ungkapan-ungkapan yang dinyatakan pemazmur merupakan ungkapan hati tentang kerinduannya kepada Allah yang hidup, “ Seperti rusa merindukan sungainya yang berair, demikian jiwaku merindukan Engkau, ya Allah. Jiwaku haus kepada Allah, kepada Allah yang hidup” (Mazmur42 : 2,3). Bukan tidak ada alasan pemazmur menyatakan rasa deritanya di hadapan Allah, jiwa gundah gulana; jiwa tertekan dan gelisah, inilah rasa derita itu. Sementara pemazmur merindukan Allah, orang-orang yang tidak mengenal Allah, tidak percaya kepada Allah memojokkannya dengan pertanyaan di mana Allahmu? Mereka mencelanya dan berkata terus-menerus dimana Allahmu? Rasa haus akan persekutuan dengan Allah membuat pemazmur merindukan Allah yang hidup.

Dalam Mazmur 43, pemazmur berseru kepada Allah agar dirinya mendapat keadilan, ia meminta Allah memperjuangkan perkaranya dan meluputkannya dari orang penipu dan curang. Dalam keberadaan ini pemazmur merasa kehilangan pegangan, dalam himpitan musuh ia berkabung, dan tanpa daya ia meminta terang dan kesetiaan Allah datang, supaya ia dituntun dan dibawa ke gunung yang kudus dan ke tempat kediaman Allah. Dalam pengharapan akan kasih Allah pemazmur menemukan sukacita kegembiraan dengan penuh syukur dengan kecapi sebagai ungkapan hatinya ia berucap dalam pujian “Ya Allah, ya Allahku”. Rasa rindu baru menjadi suatu kekuatan yang dapat mengatasi rasa bingung dan putus asa serta menembus sampai kepada iman dan pengharapan, jika kita tidak meminta sesuatu dari Tuhan, melainkan menantikan Tuhan sendiri.

Kepada Allah yang hiduplah pemazmur menemukan kekuatan untuk menghadapi pelbagai tantangan di tengah keberadaan hidup yang tidak selalu baik. Dalam harap dan percaya pemazmur mengajarkan suatu contoh hidup untuk setiap orang percaya belajar menantikan Tuhan dalam keadaan apapun. Dalam penderitaan yang dialami saat begitu banyak orang tidak peduli pada dirinya, ia tetap berharap akan pertolongan Tuhan yang memberikan sukacita dan kebahagiaan, serta pengharapan baginya. Tetaplah berharap kepada Allah, suatu pernyataan yang menguatkan dan memampukan kita melewati setiap peristiwa hidup dalam keadaan apa pun. “Bersyukurlah kepada Allah! Sebab aku bersyukur lagi kepada-Nya, Penolongku dan Allahku”. Allah memberkati. (LZT)