Persekutuan berarti hal bersekutu, persatuan, perhimpunan, ataupun sebuah ikatan yang terdiri atas sekelompok orang atau lembaga. Sebuah persekutuan terwujud ketika sekelompok orang atau lembaga itu menggabungkan diri berdasarkan faktor-faktor yang mengikatnya, seperti lokasi, ideologi, suku, kepentingan, hobby, pengalaman, profesi, agama, target, visi, dan lain sebagainya. Setiap persekutuan pasti memiliki ciri dan keunikan yang membedakannya dari kelompok lain. Persekutuan ini dapat terwujud secara nyata dalam perjumpaan secara langsung atau pun terjadi di dunia maya melalui berbagai media sosial yang ada. Setiap anggota yang terlibat bertanggung jawab dan turut memberikan warna dalam perjalanannya. Dan, tentu saja, masing-masing persekutuan yang bertumbuh itu akan memberi dampak, baik yang positif maupun negatif.

Dalam surat Korintus, Paulus menyadarkan tentang ciri yang membedakan persekutuan umat Kristen dari berbagai persekutuan lain yang ada di sana. Persekutuan umat Kristen di Korintus bukanlah persekutuan yang biasa. Paulus menyatakan bahwa persekutuan orang percaya merupakan kelompok yang tidak dibentuk oleh kekuatan dan keinginan manusia, melainkan karena kasih karunia Allah. Persekutuan di Korintus terjalin di antara orang-orang yang telah dikuduskan (melalui baptisan) dan dipanggil menjadi orang-orang kudus (implementasi iman orang yang telah dibaptis). Kekudusan haruslah menjadi ciri yang tidak hanya melekat, namun juga menjiwai segala aksi kehidupan umat. Orang Kristen tidak pernah dipanggil untuk memisahkan diri dari masyarakat, melainkan hadir di tengah dunia untuk menjadi teladan tentang hidup kudus yang dikehendaki Allah. Kristuslah yang menjadi satu-satunya dasar, contoh, kekuatan, dan sumber kekudusan umat itu sendiri.

Pada saat ini, kita semua diingatkan kembali akan hakikat hidup sebagai orang-orang yang mengaku percaya kepada Kristus untuk selalu bersekutu dengan Dia dalam kekudusan-Nya, serta membangun relasi yang kudus dengan sesama, di tengah keluarga, dalam kehidupan bergereja, di tempat pekerjaan, di tempat pendidikan, maupun dalam lingkungan pergaulan lainnya (bandingkan 1Petrus 1:16: “sebab ada tertulis: Kuduslah kamu, sebab Aku kudus.”). Memang, untuk tetap berada dalam lingkaran kekudusan tidaklah mudah. Oleh karena itu, setiap orang percaya pun dilengkapi dengan perkataan dan pengetahuan yang benar tentang Kristus sebagai pedoman kehidupannya di tengah berbagai tantangan yang ada. Pengetahuan yang benar itu akan menolong setiap orang untuk bersaksi dalam ucapan maupun perbuatan nyata setiap hari, sehingga hidup kita berdampak positif bagi dunia dan memuliakan nama Tuhan. Satu orang yang telah dikuduskan di dalam Kristus dipanggil untuk menularkan kekudusan hidup itu bagi orang lain yang ada di sekitarnya. Dengan kata lain, tidak ada gunanya mengaku percaya tanpa hidup kudus, dan tidak ada faedahnya hidup dalam persekutuan tanpa menghasilkan buah kekudusan. Kristus sendirilah yang akan meneguhkan setiap orang yang tetap setia berada dalam persekutuan bersama-Nya sehingga tidak bercacat cela ketika Hari Tuhan tiba.

Mari, kita bangun persekutuan yang kudus bersama Tuhan dan sesama! (WBM)