Sidang atau pengadilan adalah ruang di mana penghakiman dinyatakan. Menarik sekali jika yang diadili itu malah orang-orang atau pihak yang selama ini justru berperan sebagai hakim. Mazmur 82 memaparkan tentang para ilah, yang sudah terbiasa melakukan penghakiman secara lalim, berhadapan dengan Allah. Para hakim sedang dihakimi oleh Sang Hakim Agung. Penghakiman itu sarat dengan kecaman Allah atas keberpihakan mereka kepada orang fasik. Mereka secara sadar mengabaikan kaum yang lemah. Allah, sebaliknya, menyatakan keberpihakannya kepada orang-orang yang menjadi korban ketidakadilan, kesengsaraan, dan kemiskinan.  

Hari ini, Mazmur 82 mengajak kita untuk kembali berefleksi dalam suasana HUT Ke-80 Kemerdekaan Republik Indonesia. Orang percaya ditantang untuk berani menyatakan keberpihakannya kepada mereka yang menderita, tertindas, terabaikan, dan terpinggirkan di bumi Indonesia. Hukum dan pengadilan harus terus dikawal supaya bersih dan jujur, membela serta mempertahankan hak hidup orang-orang lemah, bukan hanya memuaskan kepentingan orang-orang yang punya uang dan kuasa. Orang Kristen harus berani bersikap. Gereja harus menyatakan posisi di mana dia berdiri: bersama Allah yang membela orang-orang lemah dan terpinggirkan, atau malah terjebak dalam permainan jahat bersama orang-orang fasik? Allah dengan tegas menghendaki supaya anak-anak-Nya menolak serta menghentikan segala bentuk kelaliman. 

Apakah Mazmur ini hanya relevan bagi mereka yang memang bekerja sebagai hakim atau duduk di kursi pemerintahan? Jika menenggelamkan diri dalam Mazmur 82 ini, kita akan menemukan bahwa pemazmur seakan mau mengingatkan semua orang, siapa pun dan apa pun pekerjaannya. Tanpa sadar, kita dapat memposisikan diri sebagai ilah atau allah-allah kecil dalam kehidupan sehari hari, menindas orang lain dengan sewenang-wenang, suka menghakimi sesama, melecehkan orang lain di media sosial, berlaku tidak adil demi keuntungan diri sendiri, bahkan berpihak pada kelompok yang salah dan jahat. Eh, jangan buru-buru melihat apalagi menunjuk kepada orang lain. Mari, periksa diri sendiri. Berhatihatilah, supaya kita tidak dikecam Allah dalam penghakiman-Nya. Jangan hanya meminta Allah berpihak kepada kita. Kita pun harus berpihak kepada Allah yang selalu peduli terhadap kaum yang lemah dan terpinggirkan. Kita didorong untuk semakin giat berkarya bersama Allah menyatakan keadilan, membela, meluputkan, dan membebaskan sesama. Ingatlah, jangan meminggirkan orang lain, namun rangkullah mereka dengan kasih dan keadilan. (WBM)