Mengalami kehadiran Tuhan merupakan pengalaman yang menyenangkan sekaligus menegangkan. Menyenangkan karena ada kedamaian yang utuh, bukan hanya mental spiritual tetapi juga tubuh jasmani. Tenang rasanya bahkan cenderung diam dan kelu, karena menegangkan. Ketegangan tersebut lebih kepada pertanyaan dalam batin, “Tuhan mau ngomong apa ya?” Ada pikiran, Tuhan mau menyampaikan apa kepadaku. Menyenangkan karena sumsum, sendi dan tulang-tulang dalam tubuh ini segar dan bugar, sekalipun degup jantung agak berdebar cepat. Sepertinya tidak mau beranjak dan ingin lebih lama lagi mengalami kehadiran Tuhan.

Peristiwa berjumpa dengan Tuhan adalah peristiwa yang penuh dengan kemuliaan, baik kemuliaan Tuhan yang agung, dahsyat, besar dan tak terbatas dan tak berbatas, maupun kemuliaan manusia dalam sinar wajah-Nya, dalam kerapuhan dan ketiadaberdayaan manusia, serta sangat terbatas. Perjumpaan ini adalah tanda bahwa Tuhan masih berkenan pada kita dalam segala apa adanya kita. Di sana kita merasakan cinta kasih-Nya yang menguatkan, belas kasihan-Nya yang memulihkan, kemurahan hati-Nya yang melimpah dan kasih karunia-Nya yang memerdekakan.

Dalam semangat kemuliaan tersebut, sapaan dengarkanlah Dia, dengarkanlah Tuhan, menjadi tantangan tersendiri. Tantangan pribadi maupun komunal untuk rela mendengarkan Tuhan, mendengar apa yang Ia ingin katakan atau perintahkan kepada kita. Sekalipun bisa jadi hanya untuk mendengarkan keheningan kemuliaan itu sendiri. Kerelaan mendengarkan Tuhan menuntun dan menuntut kita untuk mengerti atau untuk melakukan. Ada sebatas perasaan dan pikiran, ada juga sampai pada ucap kata dan tingkah laku yang mewujudkan perintah atau apa yang mau diperdengarkan Tuhan kepada kita.

“Dengarkanlah Dia!”, menjadi sebuah perintah yang penting dan berguna, dalam rangka panggilan kemuridan dan kehambaan kita. Menjadi pilihan satu-satuya yang tidak boleh digantikan bahkan diperbandingkan. Menjadi slogan yang dapat memberikan solusi dan jalan keluar bagi mereka yang sudah putus asa.

Marilah kita dengar-dengaran dengan Tuhan sebelum memulai hari-hari kita. Dengarkanlah apa yang Ia katakan tentang diri kita sendiri, tentang keluarga kita, tentang sekolah kita, tentang pekerjaan kita, tentang pelayanan kita dan tentang hal lainnya. Dengarkanlah Tuhan dan jangan yang lain, terutama saat kita akan mengambil keputusan iman, keputusan pastoral atau keputusan spiritual dalam melanjutkan kehidupan ini. Dengarkanlah Tuhan dan lembutkanlah hati kita. Dengarkanlah Tuhan dan sendengkanlah telinga kita. Dengarkanlah Tuhan dan gerakkanlah tubuhmu untuk terus melakukan kehendak-Nya.

Dengarkanlah DIA selalu dan senantiasa. Amin.  (TMP)