Setiap hari kita diberikan waktu yang sama, yaitu 24 jam. Bagaimana kita mengelolanya dengan baik? Dalam kehidupan kita sebagai keluarga modern, kehidupan kita terus diwarnai dengan kesibukan yang tak pernah selesai. Kehadiran masing-masing anggota keluarga dalam kebersamaan, menjadi sesuatu yang langka atau mahal sekali harganya. Kalau pun ada kebersamaan namun seringkali anggota keluarga, masih sibuk dengan urusan masing-masing. Bersama namun kehadirannya tidak bermakna. Oleh karena itu, penting sekali kita kembali menyadari mengelola waktu dengan bijaksana. Kita bersama-sama bukan sekadar “ada di rumah”, tetapi “hadir secara utuh”.

Melalui Mazmur 90 kita bersama-sama mau diingatkan pentingnya mengelola waktu dengan bijaksana. Terlebih dalam konteks digital pada saat ini, melalui tema “Batas Waktu Layar”, kita mau menyadari bahwa kesibukan kita di depan layar harus ada batasnya. Melalui Mazmur yang merupakan doa Musa ini, ada permohonan yang indah dan dalam, “Ajarlah kami menghitung hari-hari kami, supaya kami beroleh hati yang bijaksana.” Permohonan doa yang dilandasi dengan kesadaran bahwa hidup ini singkat dan waktunya berlalu begitu cepat. Diungkapkan dalam bagian sebelumnya, “Engkau menghanyutkan manusia dalam tidurnya, di pagi hari mereka seperti rumput yang akan binasa, di waktu pagi bersemi dan bertumbuh, di waktu petang lisut dan layu”. Hidup yang begitu singkat perlu dijalani dengan berhikmat atau bijaksana.

Kiranya permohonan Musa dalam doanya, menjadi permohonan kita juga sebagai keluarga. Keluarga yang menyadari bahwa hidup dan waktu kita adalah milik Tuhan yang lebih dulu mengasihi kita. Sehingga dalam kasih, kita menyadari untuk tidak tenggelam dalam kesibukan di depan layar kita masing-masing di tengah pesatnya perkembangan teknologi. Di tengah singkatnya hidup ini, jangan biarkan layar menggantikan tatapan dan sentuhan kasih di setiap ruang perjumpaan. Pesan singkat tidak menggantikan percakapan hangat di ruang keluarga. Oleh karena itu, kita bersama-sama terus memohon diberikan anugerah hati yang bijaksana. Menghitung hari bukan berarti menghitung umur, melainkan menghitung arti dan nilai yang sangat berharga dari setiap hari anugerah Tuhan. Waktu bersama kita sebagai keluarga, adalah persembahan juga bagi Tuhan. Di mana kebersamaan keluarga bukan hanya sebagai sebuah keharusan, melainkan dalam kesadaran di mana kasih Tuhan terus di alami dari generasi ke generasi berikutnya. Kebersamaan yang melampaui layar yang terbatas. Setiap saat kita pakai untuk mendengarkan, menyentuh, mengampuni dengan kekuatan kasih sebagai syukur atas waktu yang Tuhan anugerahkan. Selamat menikmati layar dengan batasan seiring dengan singkatnya kehidupan. Tuhan memberkati. (WIT)