Ketika Musa menghadap Tuhan untuk menerima perintah-Nya, umat Israel yang ditinggalkan meragukan apakah Musa akan kembali ke tengah mereka atau tidak. Mereka meminta Harun untuk membuatkan allah yang kelihatan dengan mewujudkan seperti yang disembah bangsa lain di sekitar mereka. Tanpa bermaksud menjadikan keinginan mereka terwujud, Harun meminta anting-anting emas yang mereka miliki untukd ikumpulkan. Sangat dimungkinkan Harun berfikir bahwa apa yang dimintanya itu tidak mungkin terkabul karena emas merupakan barang berharga dengan nilai tinggi yang sulit untuk dilepaskan. Dugaan Harun meleset, ternyata seluruh bangsa mengumpulkan dan membawanya kepadanya. Dibuatnyalah patung anak lembu emas seperti yang mereka inginkan. Bukan sekedar hasil karya spektakuler atas pengumpulan sedikit demi sedikit dari benda kecil berupa anting-anting, namun persoalan besar menghadang mereka. Patung itu dijadikan kebanggaan dan disetarakan dengan keberadaan Allah yang berkuasa yang telah menuntun mereka keluar dari tanah perbudakan di Mesir. Allah yang berkuasa dan hidup di tengah mereka diganti dengan patung anak lembu emas yang dipuja dan disembah.

Melalui Musa, Allah marah terhadap  bangsa yang telah dibebaskan dari perbudakan dengan menggantikan keberadaan-Nya hanya dengan patung anak lembu emas buatan tangan manusia. Allah yang Maha Kuasa, yang tidak nampak wujud-Nya dan hadir dalam roh diganti

dengan barang sembarangan buatan tangan manusia.

Tindakan itu jelas menghina dan melukai

perasaan Allah.

Bangsa Isreal bertindak tidak sepantasnya karena Tuhan yang telah membebaskan mereka tidak dapat diwujudkan dalam bentuk apapun. Dia tentu sangat cemburu dengan tindakan yang tidak selayaknya dengan menggantikan berhala sebagai sesembahan. Cara penyembahan terhadap patung anak lembu emas yang disertai dengan kemabukan, pesta pora dan tindakan yang tidak semestinya telah mempermalukan mereka sebagai umat pilihan Tuhan terlebih disertai dengan cara tidak sopan. Penyembahan itu mereka lakukan dengan meniru pemujaan di lingkungan pemujaan terhadap dewi kesuburan.

Tuhan tetaplah Tuhan, tidak dapat digantikan oleh apapun. Kita boleh bangga dengan kemajuan teknologi, bahkan dalam bulan keluarga ini kita diingatkan anak-anak yang kini diperhadapkan dengan kemudahan teknologi tetaplah harus menjadikan Tuhan di atas segalanya. Sekalipun kita bangga anak-anak kita mampu mempergunakan, mengoperasikan dan memanfaatkan teknologi jangan sampai mereka “keranjingan” dengan buatan manusia yang menggeser peran Allah di dalam hidupnya. Kebergantungan mereka dan kita kepada teknologi bukan untuk menentukan segalanya, tentu salah. Teknologi hanyalah alat untuk membantu kehidupan manusia yang dipergunakan sesuai waktu dan jamannya.

Bolehkah teknologi dipergunakan untuk memuliakan Tuhan? Tentu saja boleh, bahkan perkembangan dan kemajuan teknologi telah membantu pelaksanaan peribadatan dan pelayanan gereja. Penataan peralatan musik, penggunaan multimedia, sound system yang tertata dengan apik dan rapi, pencahayaan ruangan serta penggunaan layar monitor adalah bagian dari kemajuan teknologi yang selama ini telah kita rasakan. Tanpa disadari semua itu telah menjadi bagian yang menyatu dengan seluruh pelayanan dalam kebaktian Minggu, hari raya gerejawi dan rangkaian perayaan yang dilaksanakan GKI Kebayoran Baru. Jika salah satu dari peralatan tidak berfungsi dengan baik, maka kita merasa tidak nyaman, terganggu dan jalannya peribadatan menjadi kurang lancar. Teknologi memang menjadi bagian penting, namun jangan sampai menggeser makna dan peran Tuhan dalam kehadiran-Nya di tengah pelaksanaan ibadah yang kita jalankan. Amin. (SRS)