Menantikan Kristus yang akan datang kembali adalah panggilan hidup orang yang percaya akan Kristus. Panggilan ini harus dihidupi terus-menerus dengan kesiapan diri yang mantap dan doa yang tekun.

Kristus akan datang kembali, ibarat kedatangan seorang mempelai yang harus disongsong dengan siap dan bijak. Bukan dengan spekulasi, tetapi dengan akal budi yang sehat. Bukan dengan untung-untungan, tetapi dengan keyakinan dan kepastian (ayat 6 dan 7).

Menantikan mempelai itu digambarkan dalam bentuk kelompok kecil sepuluh orang gadis. Ada lima orang yang disebut bodoh atau ceroboh dan ada lima orang yang disebut bijaksana. Yang jadi soal adalah tidak ada yang tahu persis kapan mempelai itu akan datang, waktu atau jamnya. Oleh sebab itu, kesiapan menjadi penting, supaya ada dan bersiap pada waktunya.

Lima gadis disebut bijaksana, karena membawa pelitanya yang menyala dan juga minyak dalam buli-buli mereka (ayat 4). Lima gadis yang disebut bodoh, pelitanya hampir padam ketika saat mempelai datang. Mereka berharap bisa ditolong oleh kelima rekan mereka yang membawa minyak dalam buli-bulinya. Naasnya tidak terjadi seperti begitu. Semuanya sudah terlambat (ayat 9, 10).

Tuhan Yesus pasti akan datang kembali. Tidak ada seorang pun yang tahu,

kapan saat dan waktunya. Yang dituntut dari kita adalah menyambut

Dia pada waktu Dia datang. Bersiap dan berjaga-jagalah!

Jadilah bijaksana, pergunakan akal budi yang sehat. Jangan sembrono

dan bodoh. Roh kudus adalah ”minyak penolong” kita yang tidak

pernah habis persediannya. Tekunlah berdoa, ”Maranatha”,

datanglah ya Tuhan Yesus! Amin! (KGH)