Jadwal Kebaktian Lihat Arsip

Jadwal Kebaktian : Minggu 09 Maret 2014

"ENGKAU PERSEMBUNYIANKU, YA TUHAN"

——— (Mazmur 32 : 1 - 7)

Saudara, kita tentu mengenal permainan ‘petak umpet’. Keahlian mencari tempat sembunyi dan menyembunyikan diri adalah bagian paling menonjol dalam permainan ini. Pemenangnya adalah dia yang paling piawai bersembunyi, menyembunyikan dirinya dan tidak ketahuan. Bersembunyi; menyembunyikan diri adalah natur manusia sejak manusia jatuh dalam dosa (Kejadian 3:18 - “… bersembunyilah manusia dan isterinya itu terhadap TUHAN Allah di antara pohon-pohonan dalam taman.”) Dalam kehidupan nyata, biasanya orang yang mencoba bersembunyi adalah mereka yang berbuat kesalahan. Mereka tidak berani atau tidak mau bertanggung jawab atas kesalahan yang mereka lakukan. Mereka mencoba lari dengan bersembunyi atau menyembunyikan dirinya dengan berbagai cara. Ternyata cara ini tak pernah membawa ketenangan, apalagi damai sejahtera bagi pelakunya. Itulah yang dirasakan sang pemazmur, ketika ia berusaha menutup-nutupi dosanya, ketika ia berusaha menyembunyikan pelanggarannya. “Tulang-tulangku menjadi lesu”, kata sang pemazmur, mengungkapkan kekuatannya yang merosot, tidak ada kegairahan untuk hidup, batinnya tersiksa dengan hebat. Ungkapan yang sekaligus menunjukkan kepekaan rohani yang masih hidup dalam diri sang pemazmur terhadap perbuatan dosa. Jika seseorang berbuat dosa tetapi ia menikmati dosanya dan tidak takut pada TUHAN, itu berarti kepekaan rohaninya terhadap dosa sudah buruk, bahkan mungkin sudah mulai mati. Setelah mengalami perjuangan batin yang pahit akibat dosa, sang pemazmur merasa bahagia ketika ia dengan jujur dan terbuka mengakui dosa-dosanya di hadapan TUHAN. Ia yang sebelumnya ‘berjiwa penipu’, yang tidak jujur, tidak tulus hatinya dan suka berbohong serta menutupi kesalahannya, kini merasakan kebahagiaan dan kelegaan setelah berani jujur di hadapan TUHAN, sebab kejujuran itu berbuah pengampunan. Ia katakan, “Engkaulah persembunyian bagiku”. Lalu apa arti “Engkau persembunyianku, ya TUHAN”? Jika TUHAN menjadi tempat persembunyian kita, kita harus sadar bahwa tidak ada yang tersembunyi di hadapan TUHAN. Itu berarti, jika kita menjadikan TUHAN menjadi persembunyian, maka di situ pulalah kita harus membangun komitmen untuk hidup tanpa ada yang disembunyikan di hadapan TUHAN; kita harus hidup memancarkan terang kemuliaan TUHAN yang tidak pernah tersembunyi. “Engkau persembunyianku, ya TUHAN”, harus memotivasi kita untuk hidup seturut dengan kehendak TUHAN, serta terus menjauhkan diri dari kehidupan dosa. Hidup dengan menyembunyikan dosa adalah hidup penuh kesesakan. Hidup dengan jujur dan terbuka mengakui dosa dan tidak lagi melakukannya setelah mendapat pengampunan, adalah hidup penuh kelegaan dan kebahagiaan. Inilah hidup orang-orang yang menjadikan TUHAN menjadi persembunyiannya. Selamat memasuki Minggu PRA PASKAH I. (JWP) Upload by EG08072014

Pelayan Kebaktian