Siapa yang ingin menjadi hamba? Bukankah saat ini dunia mempertontokan bagaimana setiap orang ingin menjadi penguasa? Banyak orang yang beretorika dengan menggunakan kata hamba, seperti hamba Tuhan, namun sikapnya lebih seperti penguasa. Apalagi pada saat pemilihan kepala daerah (Pilkada), kita sering sekali mendengar janji kampanye: “saya jika terpilih akan menjadi pelayan rakyat” namun seperti biasa janji tinggal janji, karena satu hal yang kita perlu sadari, menjadi pelayan apalagi menjadi seorang hamba tidaklah mengenakan. Jika kita jujur sebagai manusia, tak ada yang ingin menjadi hamba.

Yesaya pasal 42:1-9, dengan lugas mendeskripsikan siapakah seorang hamba Tuhan. Seorang hamba Tuhan adalah orang yang dipegang Tuhan, orang yang berkenan dihadapan Tuhan, dan Allah berkenan menaruh Roh-Nya keatas orang tersebut, itulah hamba Tuhan, dengan tugas menyatakan hukum untuk maksud penyelamatan (Yes 42:1,7a). Hamba Tuhan itu tak akan membiarkan buluh yang terkulai menjadi patah, dan sumbu yang pudar nyalanya tidak akan dipadamkannya, karena ia sendiri tidak akan menjadi pudar dan tidak akan patah terkulai. Siapakah sesungguhnya yang dimaksudkan oleh Yesaya? Dalam Perjanjian Baru,Sang Hamba menjadi nyata dalam sosok Yesus Kristus. Yesus menunjukkan ketaatanNya kepada Allah, dengan Ia sendiri datang kepada Yohanes untuk dibaptis. Saat melihat Yesus, Yohanes meminta agar Yesus membaptis dirinya, namun Yesus menjawab. “biarlah hal itu terjadi, karena demikianlah sepatutnya kita menggenapkan seluruh kehendak Allah.(Mat 3:15)”. Dalam ketaatanNya sebagai Anak Allah, Allah berkenan kepadaNya dengan mengatakan: “Inilah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan (Mat 3:17)”.

Yesus datang kedunia dengan maksud menyelamatkan manusia, maka bila kita merasa hidup kita hampir pudar dan kita terkulai lemas karena badai pergumulan, Yesus yang tak akan pudar dan tak terkulai itu, akan memegangmu dan tak akan membiarkan engkau jatuh dan pudar karena persoalan hidupmu. Tuhan menjamin kehidupan kita dengan keselamatan yang diberikan olehNya. Pertanyaannya apakah kita mau menjadi seperti Yesus yang taat kepada Allah dan yang hidupnya berkenan kepada Allah?Amin. (RP)