Bila upah seorang pekerja dihitung Rp. 50.000,00 (lima puluh ribu rupiah) per hari dikalikan 300 maka akan ditemukan jumlah angka yang sangat fantastis sebesar Rp. 15.000.000,00 (lima belas juta rupiah). Dari angka tersebut dapat dibelikan 200 paket beras yang masing-masing berisi 5 kg yang dapat dibagikan kepada keluarga diakonia atau warga prasejahtera. Dengan paket tersebut bila dirata-rata tiap keluarga terdiri atas empat orang maka dengan 200 ratus paket beras paling tidak 800 orang dikenyangkan dalam waktu beberapa hari. Itulah perhitungan yang dipikirkan Yudas bila ia hidup pada masa kini dengan perhitungan satu dinar sama dengan upah harian seorang pekerja dan anggap saja seorang pekerja lepas menerima upah Rp. 50.000,00 sehari. Tentu bukanlah perhitungan yang tepat karena itu merupakan perkiraan saja untuk memperhitungkan harga minyak narwastu yang harum dan dituangkan Maria ke kaki Yesus.

Bagi Yudas apa yang dilakukan Maria merupakan kekonyolan, dari nilai “kesia-siaan” dapat untuk menolong diakonia atau tindakan sosial yang dianggap lebih berarti. Benar kah yang dipikirkan Yudas untuk mendatangkan kebaikan? Dengan mengatsanamakan pelayanan dan kepedulian nampak baik, namun dibalik pemikiran keahlian Yudas untuk mencari “keuntungan” sebagai seorang bendahara tidak lain untuk mengambil bagian itu. Dengan dituangkan minyak narwastu yang dianggap sia-sia hilanglah kesempatan bagi Yudas untuk mendapat tambahan penghasilan. Apa yang diungkap dan kelihatan baik ternyata tidak disertai kemurnian hati melainkan pemikiran dan tindakan culas. Tidak semua yang diungkapkan sebagai kebaikan merupakan ketulusan, tetapi justru sebaliknya yaitu kepalsuan. Hilanglah kesempatan bagi Yudas untuk mendapat keuntungan dari minyak narwastu yang telah terguyur ke kaki Yesus dan membuat semerbak seluruh ruangan.

Pemikiran Yudas bertolak belakang dengan tindakan Maria yang melakukan tindakan kasih dengan ketulusan. Maria tidak memikirkan berapa besar harga minyak narwastu yang dituangkan untuk meminyaki kaki Yesus, dia memberikan yang terbaik menurut caranya dengan apa yang dimilikinya. Kasih telah membuat Maria rela menyeka dengan rambutnya sebagai suatu kehormatan dari seorang perempuan yang dipersembahkan untuk Tuhan yang begitu mengasihi dirinya dan Marta saudaranya. Maria tidak dapat membalas tindakan Yesus yang telah menghidupkan kembali Lazarus saudaranya, yang berarti telah menghidupkan masa depan dan harapan menjadi berarti. Betapa Maria telah melakukan tindakan yang dianggap konyol oleh Yudas sebagai bentuk kasih sekaligus syukur kepada Tuhan-nya. SRS