Menyelami rancangan Tuhan atas kehidupan kita, memang membutuhkan proses yang tak pernah usai. Demikian juga bagi orang-orang yang telah menyerahkan dirinya untuk melayani Tuhan, tidak luput dalam pergumulan itu. Yeremia sebagai seorang nabi pun menggumuli apa yang sebenarnya menjadi rancangan Tuhan bagi hidupnya. Menjalani pergumulan  dalam ketaatan, membentuk pribadi yang semakin berkenan pada Tuhan. Masih teringat dengan jelas, bagaimana seorang nabi muda, Yeremia menanggapi panggilan Allah dalam dirinya. Yeremia mulai berkarya ketika masih muda, mungkin kurang dari 20 tahun. Ada pergumulan sejak awalnya, Yeremia merasa tidak pandai bicara dalam kemudaannya (Yeremia 1:6), Tuhan tetap meneguhkan dengan janji penyertaan-Nya (Yeremia 1:7). 

Dalam proses yang terus berjalan, Yeremia menjalankan peran kenabiannya. Proses yang membuat dirinya menderita dalam pergumulan akan umat Allah yang berpaling dari Allah dan hanya mengikuti kemauan mereka sendiri. Yeremia berujar kepada Tuhan, "Engkau mengetahuinya, ya Tuhan, ingatlah aku dan perhatikanlah aku ..." (ayat 15).  Yeremia berpegang pada perkataan-perkataan Tuhan yang dinikmatinya, firman Tuhan menjadi kegirangan baginya dan menjadi kesukaan hatinya (ayat 16). Namun Yeremia juga menyatakan, kalau Tuhan seperti sungai yang curang dan air yang tidak dapat dipercayai. Kiasan yang mempunyai makna, saat Yeremia membutuhkan pertolongan dan datang kepada Tuhan, dia merasa tidak mendapatkan apa yang diharapkan. 

Dalam pergumulan yang sedemikian dalamnya, Tuhan hadir sebagaimana janji penyertaan-Nya. Rancangan-Nya bagi Yeremia hamba-Nya, tetap  memanggilnya kembali, untuk mewujudkan panggilan sebagai pelayan-Nya. Pembelaan terhadap orang yang dipanggil-Nya untuk terus mengalami kasih-Nya yang tak berkesudahan. Menghayati pengalaman Yeremia dalam pelayanannya sebagai nabi, bagaimana kita merefleksikannya dalam kehidupan kita masing-masing pribadi? Setiap kita sesungguhnya hidup dalam penghayatan akan panggilan Tuhan untuk juga melayani-Nya. Panggilan pelayanan yang di dalamnya menempatkan diri juga untuk senantiasa bergumul, yang tak jarang mungkin membuat kita menderita. Namun semuanya itu, untuk kita terus belajar memahami rancangan dalam janji penyertaan-Nya. Rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan (Yeremia 29:11b). Amin (WIT)