Pada era teknologi yang terus berkembang, dengan mudah kita dapat memperoleh informasi dari berbagai belahan tempat. Melalui media sosialpun kita dapat mengunggah dan memperoleh aktivitas yang kita lakukan maupun orang lain kerjakan. Banyak unggahan menunjukan perbuatan baik yang dilakukan dan ditunjukkan kepada orang lain diantaranya; merayakan ulang tahun dengan anak-anak yatim, membagikan makanan kepada gelandangan, makan bersama dengan tukang sapu jalanan dan lainnya. Semua itu baik dan akan lebih baik bila apa yang dilakukan itu bukan sekedar kegiatan untuk mendapatkan pujian namun tindakan kasih sebagai wujud kepedulian kepada mereka yang kurang beruntung.

Melalui bacaan dari Ibrani 13:1-8, 15-16, sebagai orang beriman kita diingatkan untuk memiliki kepekaan terhadap saudara seiman khususnya mereka yang sedang berada dalam perjalanan, membutuhkan tumpangan, memerlukan pertolongan dan dukungan. Tatanan kehidupan sosial pada masa lalu yang belum seperti sekarang, tidak adanya alat komunikasi seperti saat ini tentu tidak mudah bagi masyarakat termasuk orang percaya dalam melakukan perjalanan untuk bermalam. Banyak orang dalam perjalanan kesulitan untuk mendapatkan tempat persinggahan dan bermalam yang layak dan baik. Losmen yang tersedia selalu berhubungan dengan layanan kepuasan hawa nafsu. Dengan keadaan dan situasi yang demikan itulah, maka gereja melalui anggota jemaat tergugah untuk membuka rumah-rumah mereka bagi musafir Kristen dari tempat lain dalam perjalanan mereka. Upaya itu dilakukan agar orang-orang Kristen tidak jatuh ke dalam dosa. Terbukanya pintu-pintu rumah anggota Jemaat bagi saudara seiman dari tempat lain sekaligus menghindarkan tindakan perzinahan dan terwujudnya keutuhan hidup pernikahan.

Bagaimana dengan perhitungan atas tumpangan bagi para musafir untuk pemilik rumah? Karena tindakan yang dilakukan merupakan bentuk pelayanan yang didasarkan kasih, janganlah mereka mengharapkan imbalan. Pelayanan bukanlah tindakan komersil untuk mencari keuntungan. Bila anggota jemaat membuka diri untuk memberikan tumpangan, berkat Tuhan akan dicurahkan melalui cara lain, bukan dari orang yang menumpang di rumahnya. “Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau.” (ay 5). Bagian ayat tersebut mengingatkan bahwa setiap orang dan keluarga akan menerima bagian masing-masing, dan setiap orang yang memberikan pertolongan tidak akan menjadi kekurangan.

Tindakan kasih gereja perdana itu mengingatkan kepada kita bahwa Bapa leluhur orang percaya, Abraham dan tokoh-tokoh lain yang menjamu para tamu. Dengan menjamu para tamu sesungguhnya mereka sedang menjamu malaikat Tuhan yang tidak lain juga sedang menjamu Tuhan Allah sendiri. Mereka tidak menjadi kekurangan dengan melayani tamu yang datang. Bukan karena kelebihan yang menjadikan para luluhur, tokoh iman yang patut ditiru itu diteladani. Ketulusan hati sebagai buah iman itulah yang harus umat Tuhan lakukan. Dengan melakukan tindakan kasih tanpa mencari imbalan, maka mereka juga sedang menerapkan tindakan Yesus Kristus yang mereka imani sebagai Tuhan dan Juruselamatnya.

Melayani orang-orang asing sebagai musafir dengan ketulusan, keikhlasan, merupakan tindakan keramahan. Gereja melalui anggota jemaat sedang memberikan persembahan untuk Tuhan yang mereka imani. Berbuatlah baik, berilah bantuan dan tindakan nyata kepada sesama. Itulah wujud korban yang berkenan kepada Allah. SRS