Dalam percakapan tentang peliknya kehidupan rumah tangga, ada seorang ibu yang mengeluh tentang kondisi keluarganya. Ia bercerita tentang pengalaman ketika anak-anaknya sakit, pembantu yang bekerja tidak sesuai harapan, pengeluaran yang banyak,tidak dapat menabung, dan masih banyak keluhan lainnya. Dalam menghadapi persoalan, kita mudah sekali mengeluhakan pergumulan yang kita alami.

Bangsa Yehuda pun pernah mengeluh pada saat mereka berada di bawah kekuasaan Babel. Bangsa Yehuda kalah karena ketidak taatannya kepada Tuhan.Dalam pembuangan di Babel, Nabi Yeremia menasihatkan umat agar menanti pertolongan Tuhan dengan diam. Kata diam berarti tetap beriman dan sabar menanti pertolongan Tuhan. Dalam proses menanti, bangsa Yehuda diajak untuk mengintrospeksi dirinya dihadapan Allah “Biarlah ia merebahkan diri dengan mukanya dalam debu, mungkin ada harapan.” Bangsa Yehuda menanti dengan penuh pertobatan serta meyakini bahwa ada harapan untuk menerima pengampunan dari Allah. Masa di pembuangan adalah kesempatan untuk melihat diri yang penuh dosa namun kasih setia Tuhan yang tak berkesudahan,akan selalu dinyatakan bagi kita (ay. 22). Umat diminta untuk sabar menanti waktu Tuhan.

Bagaimana dengan kita? Apakah saat menghadapi pergumulan, kita mau tetap beriman kepada-Nya? Kita melihat kebaikannya dalam hidup kita? Atau kah kita hanya terlarut dalam keluh kesah kita? Mengeluh tidak mengubah keadaan hidup kita tapi akan mengubah sikap beriman kita. Marilah kita menanti dengan diam pertolongan Tuhan dan menyadari betapa besar kasih dan pengampunan-Nya bagi kita. Selamat menanti! Tuhan menolong kita. (LMP)