BAHAN PEMAHAMAN ALKITAB WILAYAH - OKTOBER 2018


PERSEKUTUAN YANG HIDUP (Kisah Para Rasul 4: 32- 37)

 

Dalam terang Kisah Para Rasul 4: 32, persekutuan yang hidup digambarkan dengan  kumpulan orang percaya yang sehati dan sejiwa. Seberapa banyak kumpulan orang percaya itu? Kata ‘kumpulan orang’ diterjemahkan dari kata Yunani πλ?θους (plethous) dari kata dasar πλ?θος (plethos) yang berarti sejumlah besar, populasi, kelompok orang banyak, khalayak ramai, sangat banyak. Seberapa banyak jumlah kumpulan orang yang telah percaya dalam perikop ini, tidak bisa dilepaskan dari pasal 2: 1- 13, 41- 47 dan juga orang-orang dalam kisah kebangkitan dan penampakan Yesus dalam empat Injil. Kelompok pertama orang yang percaya itu adalah kaum perempuan. Mereka adalah Maria Magdalena (Mat. 28: 1, Mrk. 16: 1, Luk. 24: 10, Yoh. 20: 1), Maria lainnya atau Maria ibu Yakobus (Mat. 28: 1, Mrk. 16: 1, Luk. 24: 10), Salome (Mrk. 16: 1), Yohana dan perempuan-perempuan lain (Luk. 24: 10). Kelompok kedua adalah dua orang murid di jalan ke Emaus (Luk. 24: 13, 35). Kelompok ketiga justru adalah kesebelas murid Yesus yang tadinya tidak percaya (band. Mrk. 16: 11 dan 13), yang kemudian bersama dengan Matias menjadi dua belas (12) rasul (Kis. 1: 23- 26). Kelompok keempat adalah orang-orang Yahudi yang saleh dari segala bangsa di bawah kolong langit (Kis. 2: 5), lalu kelompok kelima adalah orang yang tinggal di Yerusalem (Kis. 2: 14) yang akhirnya memberi diri dibaptis, diperkirakan tiga ribu (3000) jiwa (Kis. 2: 41). Kelompok keenam adalah orang-orang yang tiap-tiap hari Tuhan tambahkan (Kis. 2: 47). Kelompok ketujuh adalah orang-orang yang percaya, yang menambahkan jumlah sebelumnya sehingga menjadi kira-kira lima ribu (5000) orang laki-laki (Kis. 4: 4). Maka jumlah kumpulan orang yang telah menjadi percaya itu kira-kira 5000 orang lebih.

Lalu bagaimana 5000 orang lebih itu sehati dan sejiwa? Dua orang, misal sepasang suami isteri saja membutuhkan proses untuk sampai pada tataran sehati sejiwa. Apalagi dua orang lebih jika ditambahkan dengan relasi orangtua anak dan relasi kakak adik atau saudara. Kata ‘sehati sejiwa’ ini dapat dibandingkan dengan kata ‘sepakat’ dalam Matius 18: 19- 20, yang juga dibutuhkan terjadi pada kumpulan yang hanya terdiri dari dua tiga orang saja. Lalu upaya dan usaha seperti apa yang dibangun oleh jumlah lima ribu orang untuk sehati sejiwa? Kata sepakat dapat diartikan sependapat, seia sekata, semufakat atau mengandung persetujuan antara dua orang atau lebih yang berkumpul. Pengertian ini pun diperkuat dari kata yang digunakan dalam bahasa Yunani, yaitu kata συμφων?σωσιν (symphonesosin) dari kata dasar συμφων?ω (symphoneo atau symphony dalam bahasa Inggris) yang berarti ‘sepakat’, ‘menjadi harmonis’, ‘rukun dengan’. Dalam Perjanjian Baru kata ini berarti ‘cocok dengan’, ‘menjadi satu’, ‘sependapat’ apakah itu tentang sesuatu, kata atau orang.[1]

Untuk dapat mengerti usaha sehati sejiwa dari kira-kira lima ribu lebih orang percaya, maka Kisah Para Rasul 2: 41, 46, 47 menyebutkan bahwa kira-kira tiga ribu orang percaya telah membuktikannya dengan cara bertekun dalam pengajaran rasul dan bersekutu. Juga selalu berkumpul untuk memecahkan roti dan berdoa, tiap-tiap hari, baik di Bait Allah maupun bergilir di rumah masing-masing dengan gembira, tulus hati sambil memuji Allah. Upaya sehati sejiwa sangat mungkin terjadi, karena setiap hari di keluarga masing-masing, antaranggota keluarga, lalu antarkeluarga dalam jemaat. Demikian juga dengan jumlah lima ribu orang lebih, sehati sejiwa pun dapat dialami, bahkan lebih dari itu, mereka hidup dalam kasih karunia yang melimpah-limpah.

Pastinya dasar semua itikad baik sehati sejiwa adalah pengajaran rasul-rasul, tentang Yesus Kristus, Tuhan yang bangkit. Oleh karena itu setiap orang percaya bertekun dalam mendengarkan dan mempelajari firman Tuhan. Dalam persekutuan yang lebih besar dari keluarga, ketekunan mendengarkan dan mempelajari firman Tuhan ini, berlangsung selama satu tahun (Kis. 11: 26), satu tahun enam bulan (Kis. 18: 11), dua tahun (Kis. 19: 10) bahkan tiga tahun (Kis. 20: 31, band. Kis. 20: 20 dan 32), seperti yang diteladan gereja mula-mula, khusus dalam pelayanan rasul Paulus.

Pola kumpul atau bersekutu orang percaya gereja mula-mula ini, sesungguhnya meneruskan pola persekutuan, pengajaran dan penggembalaan yang ditawarkan oleh Yitro kepada menantunya Musa. Pola ini seakan

Tuhan persiapkan bagi Musa melalui Yitro, sebelum Musa menyampaikan sepuluh Firman dari Tuhan (Kel. 20: 1-17) 

yang butuh diajarkan kepada umat dari seluruh generasi, baik anak-anak sampai orang yang lanjut usia (dari generasi ke generasi). Pola persekutuan itu adalah apa yang Yitro sampai pada Musa dalam Keluaran 18: 13- 26. Dalam rangka tugas Musa mengajarkan ketetapan-ketetapan dan keputusan-keputusan Tuhan kepada umat, maka Yitro mengusulkan agar Musa mengangkat pemimpin yang cakap, yang takut akan Tuhan, yang dapat dipercaya dan yang benci kepada pengejaran suap untuk menjadi pemimpin seribu (1000) orang, seratus (100) orang, lima puluh (50) orang dan pemimpin sepuluh (10) orang.

Dengan pola yang pernah Musa lakukan bagi umat Tuhan di masanya, maka salah satu kemungkinan pola persekutuan, pengajaran dan penggembalaan untuk kira-kira lima ribu (5000) orang jemaat dalam gereja mula-mula adalah pola penggembalaan Yitro. Jika ada 5000 orang, maka sepertinya dibutuhkan 5 pemimpin 1000 orang, atau 50 pemimpin 100 orang, atau 100 orang pemimpin 50 orang atau 500 pemimpin 10 orang. Sehati dan sejiwa dalam pola ini dimulai dengan jumlah sepuluh (10) orang.  Bagaimana mencapai hubungan sehati dan sejiwa dalam  jumlah sebanyak itu.

David R. Ray menawarkan formula matematis untuk menentukan jumlah hubungan yang akan terjadi dalam sebuah himpunan atau persekutuan demikian: (x2 – x): 2.[1] Jika dijabarkan dalam sebuah keluarga atau persekutuan yang berjumlah 10 orang, maka jumlah hubungan yang harus terjadi adalah (102 – 10): 2 = (100 - 10): 2 = 90: 2 = 45 hubungan yang terjadi. Untuk mencapai sehati sejiwa, maka perlu membangun relasi sebanyak 45 kali di antara 10 orang. Untuk itu persekutuan keluarga dengan jumlah 5 orang adalah tawaran ideal untuk mencapai persekutuan yang sehati dan sejiwa dengan hanya membangun relasi sebanyak (52 – 5): 2 = (25- 5): 2 = 20: 2 = 10 hubungan. Ini terjadi sebagai pribadi ke pribadi, dalam konteks sekarang dapat diupayakan sebagai keluarga ke keluarga untuk menentukan jumlah hubungan yang terjadi dalam sebuah persekutuan. Seperti beberapa gereja menghitung jumlah anggota jemaatnya dengan hitungan per keluarga dan bukan per kepala. Apa yang disampaikan dalam Kis. 2: 46, di rumah masing-masing setiap keluarga sehati dan sejiwa, maka tidaklah mustahil untuk mengapai sehati sejiwa bagi 5000 orang jemaat. Jika ini dihubungan dengan doa, maka sangatlah indah jika dalam persekutuan yang terdiri lima (5) orang (yang bukan satu keluarga), terciptalah relasi yang sehati dan sejiwa karena saling mendoakan, setiap hari.

 

BAHAN DISKUSI

  1. Dengan membayangkan persekutuan dan cara hidup gereja mula-mula, apa yang Saudara rasakan jika Saudara menjadi salah satu bagiannya? Dialogkan!
  2. Apakah persekutuan keluarga Saudara sudah memiliki semangat sehati dan sejiwa? Jika “Ya”, apa yang mendasari? Jika “Belum”, apa yang menjadi hambatan dan upaya Saudara untuk mewujudkan semangat sehati sejiwa?
  3. Dalam pelayanan di gereja, baik sebagai pendeta, penatua, pengurus badan pelayanan jemaat dan sebagai anggota jemaat, tidak tercapai sehati dan sejiwa. Apa penyebab utama? Diskusikan!
  4. Jika ada sembilan ribu empat ratus enam puluh tujuh (9467) orang dewasa dan anak-anak anggota GKI Kebayoran Baru (per Desember 2017), sesungguhnya pelayanan apa yang paling diprioritaskan dan harus ada, agar tercapai persekutuan yang hidup, yang sehati dan sejiwa?

 

LAGU-LAGU YANG DIREKOMENDASIKAN

KJ 249 – Serikat Persaudaraan

  1. Serikat persaudaraan, berdirilah teguh!
    Sempurnakan persatuan di dalam Tuhanmu.
    Bersama-sama majulah, dikuatkan iman,
    berdamai, bersejahtera, dengan pengasihan.
  2. Dan masing-masing kamu pun dib’ri anugerah,
    supaya kamu bertekun dan rajin bekerja.
    Hendaklah hatimu rendah, tahu: Tuhan berpesan
    jemaat menurut firmanNya berkasih-kasihan.

KJ 318 – Berbahagia Tiap Rumah Tangga

  1. Berbahagia tiap rumah tangga,
    di mana Kaulah Tamu yang tetap:
    dan merasakan tiap sukacita
    tanpa Tuhannya tiadalah lengkap;
    di mana hati girang menyambutMu
    dan memandangMu dengan berseri;
    tiap anggota menanti sabdaMu
    dan taat akan Firman yang Kaub’ri.
  2. Berbahagia rumah yang sepakat
    hidup sehati dalam kasihMu,
    serta tekun mencari hingga dapat
    damai kekal di dalam sinarMu;
    di mana suka-duka ?kan dibagi;
    ikatan kasih semakin teguh;
    di luar Tuhan tidak ada lagi
    yang dapat memberi berkat penuh.

NKB 193 – Aku Hendak Tetap Berhati Tulus

  1. Aku hendak tetap berhati tulus
    kar’na teman mempercayaiku.
    Aku hendak tetap berjalan lurus,
    kar’na teman t’lah mengasihiku;
    kar’na teman t’lah mengasihiku.
  2. Aku hendak tetap menjadi kawan
    bagi yang hatinya penat, sendu.
    Dan kasihku ingin t’rus ‘ku bagikan,
    serta imbalan tiada ‘ku perlu;
    serta imbalan tiada ‘ku perlu.

PKJ 289 – Keluarga Hidup Indah

  1. Keluarga hidup indah
    bila Tuhan di dalamnya.
    Dengan kasih yang sempurna
    Tuhan pimpin langkahnya.
  2. Di dunia banyak jalan;
    jalan mana ‘kan ditempuh?
    Jalan lurus hanya satu;
    jalan Tuhan itulah.Refrein:
  3. Keluarga hidup indah,
    bila Tuhan pemimpinnya.
    Dalam suka, dalam duka
    kita dalam tanganNya.Refrein:
  4. Ya Roh Kudus, bimbing kami,
    agar s’lalu bersamaMu.
    Ajar kami, tolong kami
    mewujudkan kasihMu.Refrein:

Refrein:
T’rima kasih padaMu, Tuhan,
Kau bimbing kami selamanya.

Segala hormat, puji dan syukur
kami panjatkan kepadaMu.