BAHAN PEMAHAMAN ALKITAB - JUNI 2014


Tujuan:

jemaat memahami bahwa kasih sayang TUHAN tidak terbatas untuk pribadi, kelompok atau bangsa tertentu saja. Dengan demikian jemaat tidak menghakimi pribadi, kelompok atau bangsa lain sebagai yang tidak berhak mendapat kasih sayang TUHAN.

 

Ketika Allah melihat perbuatan mereka itu, yakni bagaimana mereka berbalik dari tingkah lakunya yang jahat, maka menyesallah Allah karena malapetaka yang telah dirancangkan-Nya terhadap mereka, dan Ia pun tidak jadi melakukannya.” (3:10).

 

(1-5) Kekesalan dan kemarahan Yunus.

 

Kasih sayang TUHAN yang tercurah melihat pertobatan Niniwe, sehingga Niniwe tidak jadi dihukum, sangat mengesalkan Yunus dan marahlah ia. Dalam kemarahannya, ia berdoa (-lebih terkesan sebagai protes kepada TUHAN-). Protes karena ia tahu, bahwa kepergiannya ke Niniwe untuk menubuatkan hukuman akan sia-sia karena kasih sayang TUHAN itu. Kasih sayang yang tidak terbatas hanya pada bangsa Israel, melainkan kasih sayang kepada semua bangsa, apalagi jika bangsa itu menjalani hidup dalam pertobatan, menyesal atas tingkah langkahnya yang jahat, pasti TUHAN akan mengampuni mereka dan tidak akan menimpakan murka-Nya atas mereka. Itu jugalah alasan Yunus, mengapa pada panggilan pertama ia memutuskan untuk melarikan diri saja (2). Ada ketegangan dalam diri Yunus, antara ketaatan yang beresiko dirinya mendapat malu karena TUHAN tidak jadi melaksanakan rencana penghukuman karena kasih sayang-Nya (ia bisa dicap sebagai nabi palsu) dan melarikan diri saja untuk menghindari mendapat malu. Dalam hati Yunus saat itu, ia merasa malu kepada orang Niniwe karena apa yang diserukannya tidak menjadi kenyataan (ia merasa menjadi nabi yang gagal), ketika TUHAN tidak jadi menghukum Niniwe karena pertobatan yang dilakukannya. Ia merasa telah TUHAN permalukan sedemikian rupa, sehingga ia merasa lebih baik mati saja daripada harus menanggung malu karena disebut nabi palsu (3). 

Dalam situasi seperti itu TUHAN bertanya kepada Yunus: “Layakkah engkau marah?” Yunus kemudian meninggalkan Niniwe dalam kemarahannya, dan rupanya Yunus masih berharap hukuman atas Niniwe tetap akan terjadi (5).

 

(6-11) Kisah tentang pohon jarak; gambaran kasih sayang TUHAN.

 

Setelah Yunus meninggalkan kota Niniwe, mendirikan sebuah pondok untuk berteduh dan menantikan apa yang akan terjadi atas Niniwe, TUHAN menumbuhkan sebatang pohon jarak yang dapat menaungi kepalanya dari terik matahari. Yunus sangat bersukacita oleh rasa adem yang disebabkan oleh pohon jarak itu, tetapi itu tidak bertahan lama. Hari berikutnya Yunus mendapati pohon jarak itu mati. Ketika hari panas terik, tidak ada lagi pohon jarak yang memberi kesejukan itu. Padahal, ketika pohon jarak itu tumbuh dan mampu menaungi Yunus dari terik matahari, Yunus sangat sayang dan bersukacita karena pohon jarak yang tumbuh hanya sehari semalam itu. Kini pohon jarak itu sudah mati, tidak ada lagi sesuatu yang membuat Yunus bisa berteduh, lalu ia pun kesal, putus asa, bahkan kemarahannya memuncak lagi, sampai-sampai ia merasa lebih baik mati saja. Peristiwa itu sengaja dipakai TUHAN untuk mencelikkan hati dan pikiran Yunus bagaimana DIA menyayangi Niniwe dengan penduduknya, bagaimana TUHAN mau Yunus juga punya kasih sayang dan bersuka cita atas kasih sayang TUHAN, yang TUHAN mau nyatakan kepada siapa pun dalam kuasa-Nya yang mutlak. TUHAN mau mengatakan kepada Yunus, bahwa tidak ada sesuatu pun atau seorang pun yang bisa membatasi kasih sayang-Nya kepada siapa DIA berkehendak menyatakan kasih sayang itu.

 

Ternyata selama ini Yunus hidup dalam cara berpikir, bahwa ada bangsa atau pihak lain yang tidak layak menerima kasih sayang TUHAN. Yunus merasa, bahwa kasih sayang TUHAN itu menjadi milik eksklusif (khusus dan terbatas) bangsa Israel. Itu sebabnya Yunus hanya berpusat pada penghukuman atas bangsa lain. Yunus tidak mampu melihat, bahwa nubuatnya tentang penghukuman ternyata membuat sebuah kota dengan seratus dua puluh ribu penduduknya bertobat, mengalami kehidupan baru dengan meninggalkan yang jahat, karena percaya kepada TUHAN yang juga Yunus percayai. Dalam kasih sayang-Nya kepada Yunus, TUHAN juga mau mengajar Yunus untuk tidak menghakimi bangsa lain, untuk tidak merasa paling benar dan paling berkenan di hadapan TUHAN, untuk memberi ruang di hatinya atas kasih sayang TUHAN bagi yang lain. Kasih sayang yang tidak bisa dibatasi oleh apa pun dan atau sesuatu pun. Itu juga yang TUHAN kehendaki atas kita. (JW)

 

PERTANYAAN UNTUK DISKUSI

 

1. Apa reaksi Yunus ketika melihat penduduk Niniwe tidak jadi dihukum oleh TUHAN?

2. Mengapa Yunus bereaksi demikian? Adakah latar belakang pemahaman tertentu di balik reaksinya itu?

3. Adakah Saudara berpikir bahwa TUHAN hanya mengasihi orang Kristen dan membenci orang yang beragama lain? Latar belakang apa yang melandasi pikiran Saudara?

4. Pernahkah Saudara bereaksi seperti Yunus (menghindar/melarikan diri dari sesuatu yang Saudara pahami sebagai panggilan TUHAN; kecewa; marah pada Tuhan)? Mengapa? Ceritakanlah!

5. Apakah Saudara merasa senang ketika melihat orang lain susah atau menderita dan Saudara katakan bahwa penderitaan itu adalah hukuman TUHAN?, atau Saudara merasa susah ketika melihat orang lain senang karena mendapat kasih sayang TUHAN? Mengapa hal itu terjadi?

6. Pelajaran berharga apa yang Saudara dapatkan dari PA hari ini? Komitmen apa yang akan Saudara bangun dan lakukan setelah PA ini?