Keperkasaan diri seringkali menjadikan kita lupa diri; karena merasa ‘digdaya’, siapapun juga kita berani melawannya. Tidak terlalu mudah mengalahkan sebuah kekuatan, apalagi kalau itu melekat dalam dirinya, karena seolah-olah hanya dirinya yang dapat mengalahkan semua lawan.

Ini juga pernah dialami oleh seorang jagoan yang namanya Saulus, dengan mengantongi surat perintah apalagi surat ijin untuk membunuh dari pejabat (Imam besar) yang berkuasa saat itu, ia mengejar dan menangkap murid-murid Kristus dan membawanya ke Yerusalem.

Dalam perjalanannya menuju kota Damaskus, secercah sinar memancar telah menyilaukan matanya sehingga ia rebah ke tanah.

Terdengarlah suara yang mempertanyakan mengapa Saulus mengejarnya, maka dalam ketidakberdayaannya Saulus bertanya kembali, tentang siapa orang yang bersuara itu? Ternyata bahwa suara itu adalah Yesus (‘Akulah Yesus yang kau aniaya itu’ ayat 5).

Dialog itu tidak diakhiri sampai disitu karena selanjutnya ia diperintah untuk bangun dan pergi masuk ke kota Damaskus, disana Saulus akan tahu apa yang harus diperbuatnya.

Sejak itu Saulus menjadi buta dan teman-temannya harus menuntunnya, sampai seorang murid Tuhan yang bernama Ananias menumpangkan tangannya dan menjadikan ia melek kembali.

Yang luar biasa adalah Tuhan menyatakan panggilan dan pilihan-Nya kepada Saulus menjadi alat untuk memberitakan nama-Nya kepada semua orang (ayat 15).

Sebelum bertemu dan diubah oleh Tuhan, Saulus adalah seteru; tetapi setelah dicelikkan matanya, ia menjadi alat pilihan-Nya. Pada waktu perkasa dan digdaya, ia adalah ‘seteru’ dan sekarang menjadi ‘sekutu’ dalam seluruh kelemahannya.

Orang yang membenci/memusuhi Tuhan karena keperkasaan dirinya (seperti Saulus); DIUBAH, menjadi alat pilihan-Nya setelah dirinya dibuat menjadi tidak berdaya dihadapan Tuhan.

‘kuhilang buta bercela, oleh-Nya ku sembuh’

Kekuatan diri seringkali menjadikan kita terlalu percaya diri dan mengecilkan Tuhan (menganggap tidak perlu), sebaliknya ketidakberdayaan dalam diri kita, dijadikan Tuhan untuk menjadi alat pilihan-Nya.

‘ajaib benar Anugerah’. (MAC)