Rasul Paulus menyadari sepenuhnya hak hidup bebasnya, namun dalam kebebasannya dia tidak menuntut haknya mendapat imbalan dari memberitakan Injil (kabar Baik). Sebab Injil yang ada padanya bukan milik dari hasil prestasinya, melainkan anugerah dari Tuhan. Injil yang merupakan kabar baik adalah pengampunan dosa dan keselamatan yang tersedia pada Yesus Kristus. Rasul Paulus menerimanya sebagai anugerah dari kasih kemurahan Tuhan. Beda dari mengamalkan Hukum Taurat, saat sebelum mengenal Kristus, ia perjuangkan sebagai prestasinya dan merasa berhak menerima imbalannya.

Dalam kebebasannya, ia justru memberi diri dikuasai oleh Injil, untuk menjadi abdi dari berita sukacita itu. Oleh karenanya, ia sama sekali tidak menuntut upah, baginya berhak untuk memberitakan Injil dengan bebas, itu adalah merupakan imbalan dan kepuasannya. Sukacita dari memberitakan Injil itu merupakan upahnya. Betapa tidak, sebab apabila mereka yang menerima Injil, merasa bebas dari beban dosanya dan dari pergumulan berat hatinya, dan bersukacita, sungguh membahagiakan.

Bagi Rasul Paulus, anugerah luar biasa yang ia terima dari Tuhan Yesus Kristus, membuat dirinya sebagai penerima tugas yang harus ia lakukan, yaitu memberitakan injil bukan untuk kemegahan, melainkan untuk keselamatan banyak orang.

Karena itu, Rasul Paulus rela merendahkan dirinya, untuk menyesuaikan diri dengan cara hidup orang, yang kepada mereka ia beritakan Injil, supaya terjadi komunikasi yang baik dan diterima, menjadi sarana karya Roh Kudus, membuka hati orang mau menerima Injil.

Kiranya Perjamuan Kudus hari ini, mengingatkan dan meyakinkan kita, betapa Yesus Kristus dalam kebebasanNya, rela mengurbankan diri-Nya mati disalib, menebus dan menyelamatkan manusia dari maut dan dosa, serta menciptakan damai sejahtera dan bahagia. Mari kita membahagiakan sesama, memberitakan Injil dengan penuh semangat. (JHW)