Saudaraku, pernahkah Saudara ditolak, padahal Saudara tidak melakukan sesuatu yang salah, tetapi Saudara dianggap salah? Saudara menyatakan kebenaran, tetapi orang lain tidak bisa menerima kebenaran yang Saudara sampaikan, lalu Saudara dibenci, dimusuhi bahkan diancam? Lepas dari apakah Saudara pernah mengalaminya atau tidak, itulah yang terjadi pada Yesus, Tuhan dan Juruselamat dunia ini. Atau Saudara justru ada pada posisi menolak kebenaran, lalu membenci, memusuhi dan menolak orang yang menyampaikan kebenaran itu?

Yesus pergi ke Nazaret untuk mengunjungi kota dan sinagoge di mana Dia dibesarkan. Hari itu hari Sabat, Yesus beribadat di sinagoge dan kepada Yesus dipercayakan untuk membaca kitab Yesaya, sekaligus memberikan penjelasannya. Pada awalnya, rakyat kota-Nya mendengarkan Dia dengan penuh minat dan merasa sangat senang dengan apa yang dijelaskan-Nya. Orang banyak itu merasa bahwa saat kelepasan dari penjajahan Romawi akan segera berakhir dengan datangnya Mesias.  Namun, kegembiraan mereka segera berubah menjadi kemarahan, permusuhan, bahkan upaya untuk membunuh-Nya. Suasana menyenangkan dan nyaman, tiba-tiba berubah menjadi penuh ketegangan, saat Yesus berkata, "Hari ini, genaplah nas ini sewaktu kamu mendengarnya". Sekalipun mereka senang mendengar apa yang Yesus sampaikan, namun mereka segera sadar, lalu terkejut, seperti mendengar petir di siang bolong, sebab Yesuslah yang mengatakannya.  Yesus yang tidak pernah melakukan mujizat apa pun di Nazareth, sekalipun mereka pernah mendengar bahwa Yesus pernah melakukannya di Kapernaum, Galilea. Yesus bukanlah sosok istimewa di Nazareth, Ia dikenal ‘hanya’ sebagai anak Yusuf si tukang kayu, tidak punya garis keturunan ningrat yang dapat menjadi alasan, bahwa Dia layak menjadi Mesias yang dijanjikan. Dia mengritik dengan keras ketertutupan hati Israel bagi kuasa dan kasih Allah, sehingga kuasa dan kasih Allah itu dinyatakan justru kepada orang-orang yang diklaim sebagai orang kafir dalam kosakata teologi Israel. Yesus sebenarnya sedang membawa berita sukacita dan paradigma baru bagi Israel, Yesus sedang menyatakan kebenaran Allah, tetapi orang banyak tidak bisa menerima kebenaran itu. Kebenaran yang Yesus sampaikan dirasa sangat menyinggung eksistensi mereka sebagai ‘umat Allah’. Yesus dianggap tidak pantas, bahkan menghina Allah dengan mengaku sebagai Mesias. Mereka marah, meradang, mendidih, menolak, bahkan memuncak dengan nafsu melenyapkan Yesus.  Pepatah bijak mengatakan, “don’t judge a book by its cover”, tetapi yang mereka lakukan justru sebaliknya. Tidak melihat esensi kebenaran yang disampaikan, tetapi melihat siapa yang menyampaikannya, bukan dengan ketulusan hati, tetapi berdasarkan ukuran yang mereka buat sendiri. Mereka tidak bbisa menerima kebenaran, karena melihat ‘siapa’ yang menyampaikannya.

Saudara, ketika kita berdiri dalam dan bagi kebenaran Tuhan, kita tidak selalu akan nampak keluar sebagai pemenang. Bahkan Yesus pun tidak. Mungkin penolakanlah yang akan kita terima dan alami, sebagaimana dialami oleh Yesus. Ditolak bukanlah sebuah kekalahan, ketika kita berdiri di atas dan untuk kebenaran. Sebab kebenaran kadang terasa menyakitkan dan menyinggung perasaan ketika dinyatakan. Nyatakanlah kebenaran Tuhan senantiasa di mana pun kita berada, walau untuk itu kita  harus mengalami penolakan, bahkan ancaman. Tuhan akan senantiasa ada di pihak kita. Sebaliknya, sepahit dan setajam apa pun kebenaran yang disampaikan pada kita, tangkaplah esensinya, jangan sampai kita jatuh pada sikap marah, lalu membenci, memusuhi, dan menolak orang yang menyatakan kebenaran itu.

Selamat menerima dan menyatakan kebenaran Tuhan. (JW)