Setiap orang pasti mempunyai doa dan harapan sepanjang hidupnya. Dari mulai anak-anak sampai lanjut usia sekalipun. Khusus bagi mereka yang lanjut usia, selalu ada saja harapan, sebelum mereka meninggal dunia atau mati. Ada yang berharap agar semua anaknya menikah. Ada yang berharap, agar semua anak mantunya memiliki anak, sehingga mereka dapat gelar baru “MC” alias momong cucu. Ada yang berharap, agar anaknya kembali ke rumah karena konflik yang berkepanjangan, lalu ada rekonsiliasi antar anggota keluarga. Ada yang berharap, apabila nanti dia meninggal dunia, jangan dikubur tetapi kremasi atau sebaliknya. Ada yang berharap kalau nanti meninggal, dikuburkannya di kampung saja. Ada yang berharap, agar nanti kalau meninggal dunia, tidak perlu pake sakit, agar tidak menyusahkan anak-anaknya. Ada juga yang berharap, agar anak-anaknya tidak konflik dan tidak berebut harta warisan.

Apa yang menjadi harapan saudara yang sudah dan belum tergapai?

Pertanyaan ini menjadi relevan di akhir tahun. Bukan hanya sebagai waktu mengevaluasi hidup selama setahun atau sepanjang hidup, tetapi juga merenung tentang apa yang Tuhan telah perbuat dalam hidup dan apa yang telah kita buat untuk Tuhan. Apakah kita bersyukur untuk setiap harapan yang telah tergapai, atau tetap saja belum puas bahkan kecewa oleh karena ada harapan yang belum tergapai?

Simeon, entah berapa lama berharap akan melihat Mesias, telah mencapai harapannya dalam pernyataan Roh Kudus. Harapannya bukan hanya melihat Mesias, tetapi menggendong dan menatang-Nya. Itu lebih dari cukup. Pencapaian harapan Simeon itu, melahirkan resolusi batin dan tekad personal: “Sekarang, Tuhan, biarkanlah hamba-Mu ini pergi dalam damai sejahtera.” Simeon dalam bahasa yang tegas hendak mengatakan, “Tuhan, kapan pun Engkau memanggil aku pulang ke rumah Bapa, aku telah siap” atau dalam kalimat singkat, “Tuhan, aku sudah siap mati.” Sebuah keyakinan sekaligus komitmen batin yang mantap.

Perjumpaan Simeon dengan Yesus, Sang Mesias telah menghantarnya pada keyakinan iman yang teguh, bahwa hidup matinya adalah milik Tuhan. Keyakinan iman bahwa dirinya dan setiap orang akan memperoleh anugerah pembebasan dan keselamatan dari Tuhan. Keyakinan iman bahwa janji Allah itu tidak kosong dan Allah yang berjanji tidak bohong.

Apakah kita sungguh mengalami perjumpamaan dengan Mesias dan siap melanjutkan kehidupan dalam keadaan apapun bersama Tuhan. Meskipun Simeon dapat dikatakan lanjut usia, bukan berarti pernyataan dan pengakuan iman Simeon hanya berlaku bagi mereka yang lanjut usia saja, tetapi berlaku juga bagi setiap orang yang mensyukuri perjumpaannya dengan Yesus Kristus, Tuhan, Sang Mesias, Juru Selamat dunia.

Jangan biarkan hidup kita menjadi orang yang berhutang pada diri sendiri!

Jangan biarkan hidup kita menjadi orang yang tidak pernah siap untuk hidup!

Jadilah pribadi yang siap juga untuk hidup dan untuk mati bagi Tuhan!

Berbahagialah dalam hidup dan bersiaplah juga untuk mati dalam waktu Tuhan.

Amin. (TMP)