Apa yang terlintas dalam pikiran Saudara, bila mendengar kata kudus? Pada umumnya, kita memikirkan hal-hal yang bersifat agamawi. Seperti kitab suci, busana agama, rumah ibadah (gereja) dan lain-lain. Sedangkan kehidupan di luar agama adalah hal duniawi yang tak kudus. Kita membedakan antara yang kudus (agama) dan yang profan (duniawi). Pemikiran dualistis ini dapat menyesatkan dan apabila tersesat maka kita tidak lagi menjadi kudus. Padahal kita dipanggil untuk hidup kudus oleh Tuhan pada setiap tempat dan kapan saja. 

Pemanggilan Allah kepada umat-Nya untuk hidup kudus adalah cara Allah untuk membentuk identitas umat-Nya, bangsa Israel, setelah mereka keluar dari Mesir. Perintah bagi bangsa Israel untuk hidup kudus tertulis dalam kitab Imamat. Tuhan berfiman: “Kuduslah kamu, sebab Aku, TUHAN, Allahmu, kudus” (Im. 19: 2). Kata “kudus” diterjemahkan dari kata qadosy (Ibrani), yang berarti “terpisah” (dikhususkan, diistimewakan, berbeda dari apa pun). Bila Allah disebut kudus, itu artinya Dia terpisah, dikhususkan, sangat berbeda, spesial, dan istimewa dari semua yang ada.

Bila Allah memerintahkan kita kudus, artinya kita harus berbeda dan harus menyatu dengan Allah dalam kekudusan-Nya. Namun, hal ini tak berarti bahwa kita menjauhkan diri, terpisah, lari, dan bersembunyi dari dunia. Sebagai umat Allah yang hidup kudus di hadapan-Nya, berarti kita harus memiliki sikap dan perilaku yang berbeda dari orang yang tidak percaya kepada Allah, serta menjalankan apa yang Dia kehendaki.

Imamat 19: 15-18, menjelaskan bahwa kudus bukan hanya tentang relasi kita dengan Allah (vertical), tapi juga relasi dengan sesama (horizontal). Kekudusan hidup adalah menyatunya kita dengan Allah dalam kehidupan sehari-hari dan menjalankan apa yang Ia kehendaki. Allah menghendaki kekudusan hidup kita, yang ditandai dengan bersikap adil, tak curang, membela kebenaran,  berani menegor, tidak membenci, tidak memfitnah, tidak mendendam, tidak menuntut balas, melainkan mengasihi sesama kita seperti diri kita sendri. Inilah makna panggilan Tuhan kepada kita: “Kuduslah kamu, sebab Akulah TUHAN Allahmu kudus.” Hidup kudus, hidup penuh kasih.  (RP)