Alkisah seorang petani menemukan sebuah mata air ajaib. Mata air itu bisa mengeluarkan kepingan uang emas yang tak terhingga banyaknya. Mata air itu bisa membuat si petani menjadi kaya raya seberapa pun yang diinginkannya, sebab kucuran emas itu baru akan berhenti bila si petani mengucapkan kata “CUKUP.” Seketika si petani terperangah melihat kepingan emas berjatuhan di depan hidungnya. Di ambilnyalah beberapa ember untuk menampung uang kaget itu. Setelah semuanya penuh, dibawanya ke gubuk mungilnya untuk di simpan di sana. Kucuran uang terus mengalir sementara si petani mengisi semua karungnya, seluruh tempayannya, bahkan mengisi penuh rumahnya. Masih kurang! Ia menggali sebuah lubang besar untuk menimbun emasnya. Belum cukup, dia membiarkan mata air itu terus mengalir hingga akhirnya petani itu tewas tertimbun, bersama ketamakannya, karena dia tidak bisa berkata “CUKUP.”  https://m.facebook.com/notes/sabu-raijua/ilustrasi-cukup-itu-berapa/10150487681963502/

Ilustrasi di atas bisa saja terjadi dalam kehidupan kita. kita sulit berkata cukup padahal setiap hari kita berdoa Doa Bapa kami: “Berikanlah kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya” Apa maksud dan pandangan Yesus mengatakan hal ini kepada murid-murid-Nya?

Yesus ingin membuka pandangan para murid agar dalam doanya benar-benar tertuju kepada “Bapa” Sang pemberi berkat yang dengan sukacita menganugerahkan kebutuhan anak-anak-Nya. Dalam doa yang diajarkan oleh Yesus, Ia memberitahukan kepada kita untuk berdoa bagi kehidupan kita sehari-hari, yakni kebutuhan yang kita butuhkan sehari-hari seperti makanan. Yang menarik dalam doa ini, ada kata “makanan kami yang secukupnya.” Hal ini mengingatkan kita pada kisah Keluaran 16: 11-21 “Kisah Manna di padang gurun” dalam kisah ini bangsa Israel diperintahkan oleh Allah agar Mereka hanya boleh mengumpulkan persediaan cukup pada hari itu. Roti untuk hari yang untuknya kita berdoa. Kita diajarkan tidak kuatir akan masa depan yang belum diketahui tetapi hidup cukup untuk hari itu. Dengan demikian hidup kita akan terus terarah pada pemeliharaan Tuhan bukan pada harta kekayaaan yang ada pada diri kita.

Marilah kita belajar untuk mencukupkan hidup sesuai kebutuhan kita dalam iman kepada Tuhan Sang sumber berkat, maka kita akan terus mengucap syukur dalam kekurangan maupun kelimpahan dan menjadi saluran berkat Allah kepada sesama kita. LMP