Pemahaman akan kasih Kristus dan pengenalan Kristus yang mengasihi seharusnya menjadi alasan bagi setiap orang percaya untuk selalu membuka hatinya bagi sesamanya, terlebih yang menderita. Lalu apa yang menyebabkan kegagalan setiap orang percaya untuk mewujudnyatakan hal tersebut? Tanpa harus mengatakan ketidakpahaman akan kasih Kristus dan kurang mengenal Kristus yang penuh kasih, yang pasti kegagalannya adalah pilihan untuk menutup hatinya. Kata menutup hati diterjemahkan dari kata Yunani, “klesei ta splangna” yang berarti ‘no pity’ (tidak mempunyai belas kasihan) atau ‘to be hard hearted’ (mengeraskan hati atau membiarkan hati kebas atau anestasi hati atau mati rasa hati) atau ‘void of compassion’ (kehampaan/kekosongan belas kasihan). Sikap menutup hati ini dapat disimpulkan sebagai sikap seseorang yang tidak mempunyai kasih Allah sekalipun sedang mengaku mengenal kasih Kristus.

Kasih Allah di dalam Kristus Yesus selain sebagai alasan untuk rela menolong seseorang yang menderita, juga sebagai daya dorong untuk mengasihi saudara dan sesama. Menjadi daya dorong, karena kasih Allah itu dipertonton oleh Yesus Kristus yang rela menyerahkan nyawa-Nya. Ini mendesak setiap orang yang percaya untuk berada dan menjadi orang yang rela menyerahkan nyawanya bagi saudara dan sesama. Lebih tepat, Kristus memberikan teladan untuk kita yang percaya melakukan hal yang sama, dalam semangat kasih. Tanpa semangat kasih tidak mungkin hal itu terjadi. Semangat kasih inilah yang menuntun kita membuka hati untuk saudara dan sesama. Dalam kisah pelayanan Yesus, membuka hati ini dikenal dengan “tergerak oleh belas kasihan”. Kata ‘hati’ dan ‘belas kasihan’ di sini diartikan sebagai ‘seat of feeling’, ‘seat of intellect’, itu berarti bahwa membuka hati adalah sikap yang lahir dari perasaan yang terdalam dan dari akal budi yang terbaik. Inilah yang dapat kita mengerti dari firman “…tetapi dengan perbuatan dan dalam kebenaran.” Kebenaran yang berdasarkan kasih Allah yang diajarkan dan dianugerahkan oleh Roh Kudus bagi setiap orang percaya.

Pada akhirnya membuka hati untuk mengasihi saudara dan sesama yang menderita didorong juga oleh karena melihat (ay. 17)/membuka matanya dan bukan menutupnya dan karena perintah Kristus. Ini adalah kombinasi mengerti dan taat. Kata ‘I see’ juga diartikan saya mengerti. Saat seseorang mengerti harapan-Nya, ia melakukannnya. Ini senada dengan ketaatan pada perintah-Nya. Membuka hati bisa juga disandingkan dengan kata membuka pikiran untuk melakukan apa yang seharusnya dilakukan sesuai dengan perintah Kristus. Membuka hati adalah kesadaran dan kerelaan untuk melakukan apa yang baik dan berkenan sesuai dengan perintah Kristus.

Bukalah mata Saudara untuk melihat kebutuhan sesama!
Bukalah pikiran Saudara untuk melakukan apa yang benar!
Bukalah hati Saudara untuk perintah Kristus!
Amin.  (TMP)