Ketika seseorang mengambil keputusan untuk memilih, pasti ia menyadari akan konsekuensi atas pilihan yang diambilnya. Secara umum, orang jatuh pada pilihan dengan pertimbangan bahwa pilihan itu terbaik, mendapat kesenangan, kepuasan dan keadaan lebih baik, yang akan mengubah dirinya pada masa yang akan datang. Rasanya tidak masuk akal, kalau ada orang yang dengan sengaja memutuskan untuk memilih pada pilihan yang bakal menyulitkan dirinya.  Pandangan itu merupakan hal yang umum dan wajar. Bagaimana dengan pilihan atas iman yang kita putuskan? Tentu kita juga akan memilih yang terbaik. Pilihan kita atas iman kepada Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat ,adalah anugerah dan karya Roh Allah sendiri bagi kita. Namun, pilihan itu tidak membebaskan kita dari perjuangan, untuk bertahan dalam iman.

Seorang yang memilih menerima Kabar Baik (Injil), memang adalah karena anugerah Allah. Tetapi ia harus dapat bertahan untuk tetap setia dan berpadanan dengan Injil itu sendiri. Berbagai tantangan dan persoalan terjadi dalam kehidupan nyata, seperti perlakuan diskriminatif dalam pekerjaan dan tawaran untuk memperoleh jabatan, dengan syarat menyangkal Kristus. Jika kita tidak siap untuk menanggung risiko atas pilihan kita, sulit bagi kita untuk bertahan atas iman kita terhadap Injil.

Dalam suratnya kepada Jemaat di Filipi, Rasul Paulus menegaskan, bahwa umat percaya adalah orang-orang beriman, yang harus berbeda dari kebanyakan orang pada umumnya, dengan menunjukkan kehidupan yang bertekun di dalam iman. Paulus menegaskan, “Hanya, hendaklah hidupmu berpadanan dengan Injil Kristus.” Mereka diingatkan untuk bersatu, tolong menolong, saling menghormati, bersama-sama berjuang melawan ketidakadilan, berjuang untuk tetap dan teguh berdiri, berjuang untuk iman. Untuk mengupayakan semua itu, haruslah mereka berpadanan seperti Kristus, yang artinya hidup di dalam Kristus dan bertindak seperti Kristus. Dalam kaitan ini, keputusan untuk percaya, jangan sampai menjadikan mereka gentar oleh orang-orang yang berusaha mempengaruhi, membujuk, merayu dengan cara menentang dan memusuhi Injil Kristus.

Dalam menghadapi tantangan dan persoalan sebagaimana yang sudah diuraikan di atas, nasihat Paulus pun berlaku bagi kita. Pada satu pihak, kita bersyukur telah memilih pilihan yang tepat di dalam Kristus. Namun, kita sadar bahwa pilihan itu tidak mudah, karena dapat menjadi olokan, diancam, dijauhi dan dianggap sebagai batu sandungan bagi orang lain. Jadi, keadaan apa pun yang kita hadapi, jangan sampai menggoyahkan kita atas pilihan yang telah kita ambil. Sebagai orang percaya kita, akan dan terus siap untuk menanggung konsekuensi atas pilihan kita, siap menderita karena percaya kepada Kristus.

Amin.  (SRS)