Jadwal Kebaktian Lihat Arsip

Jadwal Kebaktian : Minggu 23 Februari 2014

"SEMPURNA DALAM KASIH ALLAH"

——— (Matius 5 : 38 - 48)

“Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di surga adalah sempurna!”. Bagaimana mungkin kita mewujudkan Firman Tuhan ini dalam kehidupan kita? Rasanya, amat sangat sulit, bahkan, kalau mau terus terang, mustahil!

Jangan terlalu cepat berputus asa, Saudaraku! Karena, sesungguhnya tidak ada Firman Tuhan yang mustahil. Marilah kita mencoba memahaminya, lalu berjuang melaksanakannya.

Yang dikatakan oleh Tuhan Yesus itu harus kita pahami sepenuhnya dalam kerangka “Khotbah di Bukit” (Matius 5-7). Khotbah Yesus itu bukan sekedar kumpulan perkataan kebijaksanaan atau wejangan-wejangan biasa! Khotbah di Bukit berisi pengajaran Yesus yang diucapkan-Nya dengan kuasa Allah. Melalui Khotbah di Bukit, Yesus memberitakan tentang nilai-nilai dasar dalam Kerajaan Allah yang sudah dan sedang datang bersama dengan kehidupan dan pelayanan-Nya di dunia ini, seperti yang dikatakan-Nya sendiri, "Waktunya telah genap; Kerajaan Allah sudah dekat. Bertobatlah dan percayalah kepada Injil!" (Markus 1 :15).

Nilai-nilai dasar dalam perspektif Kerajaan Allah itu pada intinya adalah kasih: kasih yang bersumber dari Allah yang adalah kasih (1 Yohanes 4 : 8,14). Tetapi jangan sekali-kali menyangka bahwa kasih itu adalah “kasih” yang biasa-biasa saja! Seringkali, disadari atau tidak, kita memahami kasih itu dalam pengertian timbangan, “do ut des” (Latin), “saya memberi supaya kamu memberi”. Kasih yang bersumber dari Allah itu tidak mungkin berpola timbangan seperti itu. Karena, sebagaimana yang dinyatakan oleh Yesus, “Apabila kamu mengasihi orang yang mengasihi kamu, apakah upahmu? Bukankah pemungut cukai juga berbuat demikian? Dan apabila kamu hanya memberikan salam kepada saudara-saudaramu saja, apakah lebihnya daripada perbuatan orang lain? Bukankah orang yang tidak mengenal Allah pun berbuat demikian?”.

Kasih itu lebih daripada biasa: kasih yang dimaksudkan oleh Yesus itu luar biasa dan dahsyat! Terlebih lagi, kasih itu membarui kehidupan! Keluarbiasaan dan kedahsyatan kasih yang membarui kehidupan itulah yang diungkapkan oleh Yesus dengan kata-kata yang terkesan ekstrem namun tidak boleh dipahami secara harfiah, “Janganlah kamu melawan orang yang berbuat jahat kepadamu, melainkan siapa pun yang menampar pipi kananmu, berilah juga kepadanya pipi kirimu. Dan kepada orang yang hendak mengadukan engkau karena mengingini bajumu, serahkanlah juga jubahmu. Dan siapa pun yang memaksa engkau berjalan sejauh satu mil, berjalanlah bersama dia sejauh dua mil. Berilah kepada orang yang meminta kepadamu dan janganlah menolak orang yang mau meminjam darimu. […..] Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu”. Semuanya mau menandaskan tentang kasih yang berasal dari Allah, yang luarbiasa, yang dahsyat, dan yang mengubah kehidupan manusia yang lama menjadi baru!

Kasih yang seperti itulah yang musti terwujud dalam kehidupan orang-orang percaya sebagai warga-warga Kerajaan Allah, termasuk dalam kehidupan Saudara dan saya. Dalam kerangka itulah Yesus menyatakan bahwa kita harus sempurna: sempurna dalam mewujudkan kasih Allah itu. Namun, “sempurna” di sini tidak berarti “tanpa cacat”, sebab tidak ada seorang manusia pun yang (dapat menjadi) sempurna dalam pengertian ini (kecuali Yesus).

Lalu, apakah sebenarnya pengertian “sempurna” di sini? Kita dapat memahaminya dari dua sudut pandang. Pertama, dari latarbelakang Perjanjian Lama, “sempurna” adalah tamim (Iberani). Tamin berarti utuh, tidak bercabang, tertuju pada satu arah, yaitu hanya kepada Allah saja. Kedua, dalam bahasa Yunani yang dipakai oleh Yesus, istilah yang dipakai adalah teleios. Teleios berarti berfungsi dan berguna sebagaimana Allah menghendakinya (bagaikan baut dan mur dengan ukuran dan drat yang pas dan cocok). Maka, “hendaklah kamu sempurna” berarti “hendaklah kehidupanmu secara utuh kamu tujukan sepenuhnya untuk memenuhi kehendak Allah di dalam Kristus sebagaimana yang Dia maksudkan!”. Jika demikian, semoga kita dapat memahami dengan baik, bahwa perintah Yesus ini bukan sebuah perintah yang mustahil untuk kita laksanakan. Ketika Yesus memerintahkannya, Dia tahu bahwa murid-murid-Nya dapat mewujudkannya!

Karena itu, camkanlah ini dan wujudkanlah dalam kehidupan kita masing-masing: “Haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di surga adalah sempurna!”. Biarlah kasih yang bersumber dari Allah, yang luarbiasa dan dahsyat, yang membarui kehidupan, sungguh-sungguh mewujud dalam kehidupan Saudara dan saya, sebagaimana yang dikehendaki oleh Allah di dalam Kristus! Memang tidak sederhana dan juga tidak mudah, namun kita percaya bahwa kasih itu bisa kita wujudkan dengan “sempurna”, oleh pertolongan dan kekuatan Allah melalui Roh-Nya. (LHP)

Upload by EG 08072014

Pelayan Kebaktian