Menurut kamus, mengancam berarti tindakan yang menakut-nakuti, menggertak, meneror, mengintimidasi. (Eko Endarmono, Gramedia, 2006:24). Berani menghadapi ancaman berarti berani menghadapi bahaya, bahkan ancaman kematian.

Lukas mencatat dua macam ancaman yang harus dihadapi Tuhan Yesus yang sedang dalam perjalanan-Nya ke kota Yerusalem. (ayat 31; 9:51, 13:22).

Ancaman pertama adalah agar Tuhan Yesus membatalkan perjalanan-Nya menuju Yerusalem, yang sering disebut “kota Allah”, “kota suci”. Wartawan harian Kompas, Trias Kuncahyono dalam bukunya “Yerusalem : Kesucian, konflik dan pengadilan terakhir” menyebut Yerusalem sebagai : (1) Bunga segala kota, (2) Kota impian, (3) Kota perdamaian, (4) Kota damai, (5) Kota yang terbagi empat, (6) Kota suci tiga agama, (7) Bunda semua gereja, (8) Kota tersuci ketiga.

Ancaman kedua adalah ancaman agar Tuhan Yesus membatalkan “Jalan sengsara-Nya” menuju Yerusalem. Berarti membatalkan pelaksanaan rencana keselamatan dunia dan manusia yang direncanakan Allah Bapa. Membatalkan rencana keselamatan yang diprakarsai Allah Bapa adalah suatu kemustahilan. Sebaliknya Tuhan Yesus tetap setia sampai mati dan taat sampai akhir.

Ancaman yang ada bagi kita orang yang percaya Tuhan Yesus adalah ancaman untuk tidak mengandalkan rencana Allah yang pasti baik dan benar bagi dan dalam hidup kita sehari-hari. Sebab itu waspadalah! Berani menghadapi ancaman berarti tetap berkata dalam hati, “Jadilah Tuhan rencana-Mu”. Sebab, “tidak ada rencana Tuhan yang gagal. (Ay. 42:2, Efes. 1:9). Bukan sembarang berani, tetapi berani dalam iman dan taat dalam keterbatasan.

Selamat berjuang, Tuhan memberkati. (KGH)