Bagian akhir kitab Maleakhi ini menegaskan kepada pembacanya tentang tindakan Tuhan terhadap semua orang pada hari Tuhan. Banyak orang menggambarkan dan memahami bahwa pada hari itu akan dilakukan pembinasaan. Perapian menyala disediakan untuk menentukan mana orang fasik dan mana orang yang takut akan Tuhan.

Siapa yang dimaksud dengan orang fasik, dan mengapa akan menjadi seperti jerami dan akan terbakar? Mereka adalah 'orang yang tidak beriman', yang disebut sebagai 'gegabah' dan 'fasik'. Mereka tidak beriman dan 'sombong' karena merasa bisa hidup tanpa Tuhan. Dengan gampang mereka berkata: “Saya tidak perlu mendengarkan perintah Tuhan dan tidak perlu takut akan Tuhan.” Semua yang mereka lakukan jahat di mata Tuhan dan mereka akan dibinasakan.

Akan tetapi, Maleakhi sebagai nabi Tuhan menyatakan dan mengingatkan, masih ada kesempatan bagi orang fasik untuk berbalik kepada Tuhan dengan syarat meninggalkan kefasikannya. Memang tidak mudah untuk berbalik, karena tidak semudah orang membalikkan telapak tangan. Butuh kesadaran untuk berserah dan menggantungkan diri kepada Tuhan. Tidak lagi merasa bisa hidup tanpa Tuhan.  Bila orang fasik berbalik dan hidup menurut cara Tuhan, maka mereka berada dalam kumpulan orang beriman.

Orang yang beriman disebut sebagai “kamu yang takut akan nama-Ku” artinya: mereka takut dan hormat kepada Tuhan, mereka tidak berbuat dosa, mereka cinta dan tunduk pada Firman Tuhan. Bagi  mereka “akan terbit surya kebenaran dengan kesembuhan pada sayapnya,” menunjuk pada penyelamat yang akan datang. Dengan hidup beriman, maka orang percaya akan berada dalam damai – mampu menghadapi kebencian, tidak membalas kebencian dengan kebencian, tidak memusuhi dan tidak mendendam. Pada hari TUHAN mereka bersukacita.

Sudahkah kita menjadi orang yang berbalik menuju cara Tuhan dengan meninggalkan kehidupan kita yang lama? Tuhan menolong. (SRS)