Suci, suci, suci! Tuhan Mahakuasa!

Patut Kau dipuji seluruh karya-Mu.

Suci, suci, suci, murah dan perkasa,

Allah Tritunggal, agung nama-Mu!

Demikianlah terjemahan bait ke-4 lagu Holy, Holy, Holy, ciptaan Reginald Heber (1783-1826). Syair ini sengaja dibuat untuk mengagungkan Allah Tritunggal yang tidak pernah berhenti berkarya dalam kemurahan-Nya. Itulah alasan bagi Heber, bahkan seluruh semesta, untuk selalu memuji Dia.

Konsep Allah Tritunggal/Trinitas lahir dari kajian yang sungguh mendalam atas kesaksian Alkitab tentang bagaimana Allah menyatakan diri-Nya. Allah berkenan menjumpai manusia yang diciptakan-Nya, yang ditebus melalui peristiwa Kristus, dan yang dipelihara dalam tuntunan Roh Kudus. Gereja kemudian merumuskan pernyataan iman ini dengan mengakui bahwa Bapa, Anak, dan Roh Kudus pada dasarnya sehakikat, setara, serta seirama dalam tindakan-Nya bagi dunia.

Injil Yohanes menolong kita untuk memahami gambaran Allah-Yang-Satu itu dengan cara yang menarik. Secara khusus, pasal 16:12-15 berisi ucapan Yesus tentang bagaimana Dia tidak bekerja seorang diri. Yesus ada di dalam Bapa dan Bapa di dalam Dia, yang Bapa punya adalah juga milik-Nya. Mereka ada bersama dan berkarya bersama. Gambaran Bapa-Anak ini menjelaskan kepada orang Yahudi pada masa itu, maupun bagi kita pada masa kini, tentang betapa intimnya relasi antara Yesus dengan Sang Bapa: tidak terpisahkan dan, dengan demikian, sehakikat. Yesus tahu bahwa Dia tidak akan terus ada bersama para murid. Karena itu, Dia mempersiapkan para murid untuk menantikan kehadiran hakikat Allah dalam wujud Roh yang akan terus menyertai mereka. Roh “yang akan diam di dalam mereka” itulah (14:17) yang akan menolong mereka untuk menerima karya Bapa-Anak yang belum atau bahkan tak terselami. Roh itu pun tidak bekerja atas kehendak-Nya sendiri. Roh Kudus mengajarkan kepada gereja tentang pekerjaan-pekerjaan dari Bapa-Anak yang sudah dan akan terus terjadi dalam sejarah dunia. Roh Kudus jugalah yang akan mengingatkan serta menuntun manusia agar selalu berada dalam kebenaran yang Allah kehendaki.

Sejak dunia diciptakan, Bapa-Anak-Roh tidak pernah berhenti berkarya bersama (bnd. Kejadian 1 dan Yohanes 1). Allah tetap hadir secara aktif dan menyatakan pemeliharaan-Nya bagi dunia. Hal ini  mengingatkan kita sebagai gereja untuk tetap membina relasi yang baik dengan sesama, serta terus berkarya sebagai satu persekutuan yang memuliakan Allah setiap hari.

Topik tentang Allah Tritunggal memang tidak pernah selesai dipercakapkan. Hal ini akan terus terjadi seiring karya-Nya yang memang tidak pernah berakhir. Semakin dibicarakan, semakin pula kita mengalami ketakjuban atas eksistensi Allah yang jauh melampaui berbagai definisi yang lahir dari hasil pikiran manusia. Karena itu, kita membutuhkan iman dalam mengenal Bapa, yang berkarya melalui Yesus Kristus, bersama Roh Kudus.

Selamat menikmati karya Allah dan selamat berkarya bersama Allah. (WBM)