Pramoedya Ananta Toer diasingkan di Pulau Buru karena menyuarakan kebenaran yang menyinggung pemerintah Orde Baru melalui karya sastranya. Munir dibunuh karena tak berhenti menyuarakan kebenaran tentang berbagai pelanggaran HAM. Novel Baswedan diserang saat hendak menguak kebenaran di balik kasus-kasus korupsi. Pendeta Gie dipenjara karena menyuarakan kebenaran dalam kasus perampasan lahan di Lampung. Saudara dapat memperpanjang daftar tokoh yang tak berhenti menyuarakan kebenaran.

Amos memiliki pengalaman serupa ketika menyuarakan kebenaran di tengah bangsanya. Di bawah pemerintahan Yerobeam, Israel Utara telah menjalani kehidupan yang bertentangan dengan kehendak Allah. Mereka “ ... menjual orang benar karena uang dan orang miskin karena sepasang kasut; mereka menginjak-injak kepala orang lemah ke dalam debu dan membelokkan jalan orang sengsara; anak dan ayah pergi menjamah seorang perempuan muda, sehingga melanggar kekudusan nama-Ku; mereka merebahkan diri di samping setiap mezbah di atas pakaian gadaian orang, dan minum anggur orang-orang yang kena denda di rumah Allah mereka” (Am. 2: 6-8). Dalam kehidupan yang penuh kejahatan, ketidakadilan, kedurjanaan, dan penindasan, Amos menyuarakan penglihatan dan firman dari Tuhan, bahwa: “Bukit-bukit pengorbanan dari pada Ishak akan dilicintandaskan dan tempat-tempat kudus Israel akan diruntuhkan, dan Aku akan bangkit melawan keluarga Yerobeam dengan pedang. ... Yerobeam akan mati terbunuh oleh pedang dan Israel pasti pergi dari tanahnya sebagai orang buangan” (ay. 9, 11). Alih-alih didengar, Amos justru ditolak bahkan diusir oleh imam Amazia.

Bacaan Alkitab dan realita kehidupan menunjukkan bahwa menyuarakan serta melakukan kebenaran rupanya jauh dari gambaran menyenangkan. Menyuarakan dan melakukan kebenaran merupakan panggilan yang berisiko. Saudara bisa ditolak, kehilangan popularitas, dipecat, kehilangan kedudukan, disakiti, diperlakukan dengan jahat, bahkan dibunuh. Apa yang membuat Amos berani mengambil langkah yang berisiko itu? Jawabnya, “TUHAN berfirman kepadaku: Pergilah, bernubuatlah terhadap umat-Ku Israel” (ay. 15). Amos menyuarakan dan melakukan kebenaran karena itu yang Tuhan perintahkan dan kehendaki.

Perintah dan kehendak Tuhan itu terus bergema hingga kini. Mari membuka mata pada kejahatan, ketidakadilan dan penindasan di sekitar kita. Suarakan apa yang benar, lakukan apa yang benar, perjuangkan dengan benar, karena itu panggilan iman! (DWE)