Yang ditampilkan melalui bacaan Alkitab kita hari ini adalah keberadaan dan kehidupan orang-orang Kristen di Asia Kecil (sekarang Turki) pada paruh kedua abad pertama. Pada waktu itu mereka menderita penganiayaan luar biasa yang dilakukan oleh pemerintah Romawi, kemungkinan di bawah kuasa Kaisar Nero (tahun 64) atau Kaisar Dominitianus (antara tahun 81-96). Di tengah situasi yang sangat sulit itu, persekutuan beriman itu justru ditantang dan diajak untuk menyatakan identitas kolektif mereka sebagai umat Allah yang baru di dalam Kristus. Terdapat dua hal mendasar yang terkait dengan identitas Kristen tersebut.

Yang pertama, dengan memakai metafora “rumah” atau “bangunan” untuk menggambarkan persekutuan itu, Kristus disebut sebagai “batu penjuru”, yang kepada-Nya mereka, orang-orang beriman itu, datang. Kristus adalah pusat dan penopang utama bagi persekutuan itu, karena Dialah yang telah memberikan diri-Nya (berkurban), bangkit, dan hidup bagi keselamatan manusia. Namun, pada pandangan orang-orang yang tidak seiman, Kristus tidak lebih daripada “batu sandungan” yang diremehkan, dilecehkan, bahkan dibuangkarena dianggap tidak berguna. Di tengah kenyataan seperti ini, Kristus dalam pandangan iman Kristen tetaplah “batu penjuru” dari “bangunan” itu. Kristuslah, dan hanya Dia sendirilah, yang menentukan dan mengikat keberadaan persekutuan beriman itu.

Yang kedua, bertolak dari Kristus Sang Batu Penjuru sebagai dasar bangunan, persekutuan Kristen itu lalu disebut sebagai “bangsa yang terpilih, imamat yang rajawi, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri” yang dipanggil Allah untuk “memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Allah, yang telah memanggil mereka keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib.”

Jadi, identitas persekutuan iman ditentukan oleh sejauh mana kehidupan komunitas itu bertumpu pada Kristus sebagai Batu Penjuru dan sejauh mana mereka setia memenuhi panggilan Sang Batu Penjuru untuk memberitakan perbuatan-perbuatan besar Allah yang mengasihi dan menyelamatkan dunia. Identitas seperti ini mesti dapat terlihat melalui kehidupan dan pelayanan nyata dari persekutuan iman, gereja Kristen, di mana pun mereka berada dan dalam situasi apa pun yang mereka hadapi.

Bagaimana dengan identitas jemaat GKI Kebayoran Baru sebagai sebuah persekutuan iman? (LHP)