Terkadang dalam hidup ini, kita salah dalam menentukan pilihan antara percaya atau tidak. Walaupun memilih percaya, acapkali kita juga salah memercayai sesuatu. Misalnya, kita menaruh kepercayaan kepada orang yang salah dan akhirnya kita kecewa. Tidak heran sekarang ini, banyak orang menjadi korban penipuan, karena berharap mendapat uang atau harta yang berlipat ganda.

Bagaimana dengan kita yang telah mengaku percaya kepada Kristus? Pernahkah kita kecewa?

Yohanes 3: 14- 21 merupakan percakapan Yesus dengan Nikodemus, seorang pemimpin agama Yahudi dari kelompok Farisi (ay. 1). Ia memiliki jabatan keagamaan, disegani, dan didengarkan oleh umat Yahudi. Namun, ia juga adalah penggemar Yesus, sehingga ingin sekali mendengarkan ajaran-Nya. Yesus mengajar, bagaimana ia seharusnya hidup sebagai orang percaya, dengan mengingatkan kisah umat Israel yang percaya pada perintah Tuhan. Kisah itu adalah kisah umat Israel, yang diperintahkan Tuhan melalui Musa, untuk memandang ular tembaga, agar selamat dari gigitan ular-ular tedung yang mematikan (band. Bil. 21: 4-9). Yang memilih percaya dan memandang, diselamatkan dan yang tidak, mati.

Sebagaimana umat Israel percaya, seperti itulah seharusnya umat percaya kepada Anak Tunggal Allah yang ditinggikan (baca: disalibkan). Allah menawarkan keselamatan kepada orang yang percaya kepada-Nya (ay. 15). Keselamatan yang ditawarkan Allah bukan tawaran palsu. Keselamatan itu menjadi nyata pada diri Yesus, Anak Tunggal-Nya. Inilah kasih Allah pada umat-Nya.

Yesus juga memberikan pilihan bagi kita, yang datang kepada-Nya, apakah mau memilih jalan keselamatan atau tidak. Ada hal yang membedakan antara hidup orang yang tidak percaya dan orang yang percaya. Orang yang tidak percaya, menolak terang Allah, karena ia membenci terang itu. Ia senang melakukan perbuatan-perbuatan jahat, yang tidak sesuai dengan kehendak Allah. Sedangkan orang yang percaya, ia datang kepada terang itu, supaya menjadi nyata bahwa perbuatan-perbuatannya dilakukan dalam Allah dan hidup benar sesuai kehendak-Nya.

Bagaimana dengan kita?

Dalam Minggu Prapaskah keempat ini, saat kita menghayati sengsara dan pengorbanan Yesus, apakah kita sungguh-sungguh percaya pada keselamatan yang telah ditawarkan-Nya? Apakah persoalan hidup kita atau kesenangan dunia membuat kita goyah, untuk memilih jalan keselamatan yang Yesus tawarkan?

Mari kita terus mempertahankan iman percaya kita dalam situasi apapun.

Tuhan Yesus memampukan kita.  Amin. (LMP)