Saya mengajak Anda untuk memerhatikan beberapa kisah berikut ini:

1. Romo Prier korban dari penyerangan menggunakan samurai di Gereja Katolik Lidwina Bedog Yogyakarta, mengampuni pelaku penyerangan.

2. Istri dan keluarga dari Bayu, yang menjadi korban peledakan bom bunuh diri teroris di Gereja Katolik Santa Maria Tak Bercela Surabaya, mengampuni pelaku bom bunuh diri.

3. Keluarga dari Trinity (anak korban bom di gereja oikumene Samarinda) mengampuni pelaku teror tersebut. 

4. Ibu dan keluarga dari Evan dan Nathan, korban di Gereja Katolik Santa Maria Tak Bercela Surabaya mengampuni pelaku bom bunuh diri.

Kisah-kisah di atas mengungkapkan kegigihan korban dan keluarga korban yang mengampuni para pelaku terorisme yang telah melukai dan merenggut nyawa orang yang mereka cintai. Mereka memilih untuk mengampuni dengan sebuah keyakinan iman, bahwa Allah telah mengampuni mereka terlebih dahulu, maka mereka pun sanggup mengampuni orang yang bersalah pada mereka. Di dalam hati mereka yang dalam, mereka sangat merasakan kepedihan, dan mereka berseru kepada Tuhan atas peristiwa memilukan yang harus mereka alami.

Mungkin perasaan pedih ini jugalah yang dirasakan pemazmur sehingga ia berseru kepada Tuhan memohon agar Tuhan memerhatikan dirinya. Dalam Mazmur 130 sebagai nyanyian ziarah, pemazmur merasakan dalam perjalanan kehidupannya ia perlu untuk selalu datang kepada Tuhan, sebab hanya Tuhanlah yang akan membebaskan dia dari berbagai pergumulannya terutama karena perbuatan dosa. Pemazmur menyadari hanya karena cinta kasih-Nya, maka Allah tak mengingat kesalahan manusia melainkan mengampuni manusia yang berdosa pada-Nya. Bila Allah mengampuni saya dan engkau, mengapa kita tak dapat mengampuni orang yang bersalah pada kita?

Dari kisah korban dan keluarga korban di atas, kita belajar bahwa mengampuni adalah kemauan untuk memasuki rasa sakit serta mampu berdamai dengan kesakitan tersebut. Kita harus jujur bahwa mengampuni memang bukan perkara gampang, rasa sakit membuat kita seperti dalam jurang yang dalam, namun ingatlah kita miliki Allah yang dapat menolong kita. Kita tak akan mampu mengampuni bila tak dekat dengan-Nya, sebab Dialah Sang sumber pengampunan. Kegigihan mengampuni hanya bisa kita miliki bila kita pun gigih dekat dan  berharap pada-Nya.  (RP)