Pertanyaan sederhana untuk kita, Siapa yang mau menjadi orang kaya? Yang dimaksud dengan orang kaya adalah orang yang hidup berkelimpahan harta dan uang. Tentunya kita akan menanggapinya dengan kata ya, atau tidak. Hal ini bukan sesuatu yang berlebihan karena ada hal yang ingin kita capai dalam hidup, dalam usaha dan pekerjaan sehingga ini menjadi sesuatu yang wajar dalam harapan kita. Namun, yang menjadi masalah adalah jika keinginan menjadi orang kaya membuat kita lupa diri.

Permintaan seorang dari orang banyak,”Seorang dari orang banyak itu berkata kepada Yesus: “Guru, katakanlah kepada saudaraku supaya ia berbagi warisan dengan aku.” (ayat 13) menjadi bagian awal  pengajaran yang bermakna untuk mereka. Kata Tuhan Yesus kepada mereka :

1. “Berjaga-jagalah dan waspadalah terhadap ketamakan”, (ayat 15a) Dengan sederhana diartikan jika kita sudah hidup berkelimpahan, memiliki harta kekayaan, baiklah kita menjaga keinginan dan waspada,  agar jangan menjadi orang yang tamak, serakah, rakus  dengan cara melakukan tindakan kejahatan untuk mendapat harta kekayaan.
2. “Walaupun seorang berlimpah-limpah hartanya, hidupnya tidaklah tergantung pada kekayaan itu”. (ayat 15b) pada bagian ini sangat jelas makna pengajaran yang Tuhan Yesus sampaikan. Jangan sampai harta kekayaan menjadi ‘tuhan” atas kehidupan kita.
3. Dalam ayat 16 – 19, Tuhan Yesus melanjutkan pengajaran-Nya melalui perumpamaan tentang seorang kaya yang berlimpah-limpah hasil tanahnya, dan sedang berusaha untuk menyimpan kekyaannya untuk dirinya sendiri. Orang kaya itu mendirikan lumbung-lumbung makin besar untuk menyimpan segala gandum dan barang-barang lainnya. Maka berkatalah jiwanya, “Jiwaku, ada padamu banyak barang, tertimbun untuk bertahun-tahun lamanya; beristirahatlah, makanlah, minumlah dan bersenang-senanglah!” dalam perumpaan ini Tuhan Yesus menyatakan inilah orang kaya yang bodoh, tidak cakap dalam mengelola kekayaan yang berlimpah, tidak memiliki kemurahan hati dalam menikmati harta kekayaannya, dan yang paling bodoh adalah si orang kaya lupa bahwa hidup di dunia ini hanya sementara. Kekayaan yang ia miliki tetah menutup mata rohaninya, ketika Tuhan mengambil nyawanya untuk siapakah kekayaan itu?.

Biarlah pengajaran Tuhan Yesus ini menguasai hidup kita, dalam tuntunan Roh Kudus memampukan Kita mengelola berkat Tuhan yang melimpah bukan untuk diri kita sendiri, tetapi menjadi berkat juga bagi orang lain, sehingga seberapa banyak harta kekayaan kita, hidup kita tidak bergantung pada kekayaan itu, tetapi pada Tuhan yang menjadi sumber berkat . LZJ