Ritual Versus Esensi


Matius 12:1-8 Nats: “… Yang Kukehendaki ialah belas kasihan dan bukan persembahan ....” (Mat. 12:7).

Pernahkah Anda menyaksikan orang-orang yang berbeda pendapat, bahkan berdebat keras mengenai ritual-ritual yang diselenggarakan dalam gereja?

Misalnya, pada saat mengucapkan pengakuan iman rasuli ada orang yang mengatakan harus dilakukan dengan berdiri tegap dengan sikap sempurna. Namun, ada pula gereja yang biasa melakukannya dengan menutup mata seperti berdoa dengan alasan agar lebih bisa menghayati.

Contoh lainnya, mana yang lebih baik: doa dengan bersuara atau doa dalam hati sewaktu kita berdoa sendirian?

Masih banyak contoh lainnya yang kadang menjadi sebab gereja terpecah. Jika kita membaca Matius 12:1-8, kita bisa belajar dari cara pandang Yesus dalam hidup beragama.

Yesus bukanlah pribadi yang antiritual. Ia banyak memberi contoh mengenai ketaatan-Nya terhadap Taurat.

Namun, ada hal penting yang ditekankan Tuhan Yesus, yaitu esensi yang harus dihayati oleh setiap pengikut-Nya. Sebagai orang beriman kita mesti belajar menaati ritual-ritual yang diselenggarakan gereja dalam rangka menghayati dan memperdalam iman percaya kita.

Namun, dalam ketaatan itu, kita juga harus kritis menemukan esensi dari setiap pengajaran yang kita terima. Dengan demikian, dalam menjalankan tugas sebagai umat Allah, kita tidak terjebak oleh pemahaman yang sempit dan kaku, yang justru akan merugikan diri sendiri dan sesama kita.

DOA: Tuhan, ajarkan kami menjadi orang yang disiplin dalam ritual dalam rangka menghayati dan memperdalam iman percaya kami, Amin