RENUNGAN PASKAH 2017


KRISTUS BANGKIT, MAKA AKU BANGKIT

Bangkit adalah gerak mengakhiri dan meninggalkan sikap diam “waktu lalu”, serta mengawali tindakan memasuki “waktu baru”. Mengakhiri sikap terdiam karena malas, galau atau takut bahkan mungkin terpuruk, untuk mulai dengan bangkit dan semangat bertindak mengerjakan pembaharuan untuk hidup damai sejahtera.

Kita percaya Yesus Kristus sudah bangkit dari kematian dan sebagai orang yang percaya kepada-Nya kita harus bangkit dan hidup dengan DIA. Rasul Paulus menulis:

“Sebab jika kita telah menjadi satu dengan apa yang sama dengan kematian-Nya, kita juga akan menjadi satu dengan apa yang sama dengan kebangkitan-Nya. Karena kita tahu, bahwa manusia lama kita telah turut disalibkan, supaya tubuh dosa kita hilang kuasanya, agar jangan kita menghambakan diri lagi kepada dosa. Sebab siapa yang telah mati, ia telah bebas dari dosa. Jadi jika kita telah mati dengan Kristus, kita percaya, bahwa kita akan hidup juga dengan DIA. Karena kita ttahu, bahwa Kristus, sesudah Ia bangkit dari antara orang mati, tidak mati lagi; maut tidak berkuasa lagi atas DIA.” (Roma 6: 5-9)

Kebangkitan kita bersama Kristus harus membuat kita hidup juga denggan DIA yang bebas dari kuasa maut dan penuh rasa syukur untuk mewujudkan hidup damai sejahtera sesuai misi Yesus Kristus. Pesan Yesus Kristus kepada para murid-Nya:

“Sesungguhnya barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan melakukan juga pekerjaan-pekerjaan yang Aku lakukan, bahkan pekerjaan-pekerjaan yang lebih besar dari pada itu. Sebab Aku pergi kepada Bapa;”. (Yohanes 14:12)

Jangan malas hanya menikmati kasih kemurahan Tuhan Yesus yang rela berkurban menebus dengan cuma-cuma segala dosa salah kita dan kita tidak rela untuk berbuat karya kasih dan kebaikan bagi sesama yang membutuhkan bantuan. Alasan rugi waktu, tenaga atau uang sungguh menafikan berkat kemurahan Tuhan Allah. Berkat Allah berupa udara, sinar matahari dan air tersedia bagi semua orang, tidak ada yang berhak menguasai dan memanfaatkan bagi diri sendiri dengan alasan apapun.

Jangan berdalih tidak mampu dan mempersilahkan orang lain untuk melakukan karya kasih yang Tuhan Yesus sudah pesankan. Seberapa kecilpun kemampuan kita, harus kita wujudkan dengan kasih. Karakter kasih tidak egois, karena wujud nyatanya ialah memberi. Allah yang mahakasih rela memberi Anak-Nya untuk berkurban menebus segala dosa salah kita. Sesuai hukum kasih kita terpanggil mengasihi Allah dengan segenap hidup kita dan mengasihi sesama kita, seperti kita mengasihi diri kita sendiri. Karya kasih kita dimulai dalam lingkungan keluarga, kaum kerabat dan sesama di lingkungan kita tinggal atau bekerja.

Jangan takut melakukan kejujuran, kebenaran dan kebaikan sebagai wujud nyata karya kasih kita di tengah kehidupan penuh kejahatan, pencurian dan kemunafikan. Bukan untuk mencari pujian ataupun pahala, melainkan mau menyaksikan kebaikan dan kebenaran Yesus Kristus (Yohanes 14:6). Kebenaran sejati tidak takut akan fitnah dan ancaman kejahatan yang sudah dikalahkan oleh Yesus Kristus, bahkan maut sekalipun sudah dikalahkan-Nya. Kejujuran, kebenaran dan kebaikan adalah senyawa dengan karya kasih, yang tidak takut akan segala macam tantangan dan ancaman. Ketika kita hidup dalam kasih, maka Allah ada di dalam kita (1 Yohanes 4:16). Bersama Allah dengan Roh Kudus-Nya kita bisa hidup meneladani Kristus.

Maka marilah kita bangkit dari kemalasan, dari rasa ketidakmampuan dan dari ketakutan untuk kita hidup dalam kasih dan terus berkarya kasih di semua lingkungan kehidupan kita. Semoga karya kasih Allah terus berlangsung memperbaharui dan memperbaiki kehidupan masyarakat kita menjadi damai sejahtera.

 

Soli Deo Gloria!

Pdt.  J.H. wirakotan, D.Min