Refleksi Dalam Rangka Hari Ulang Tahun ke-57 GKI Kebayoran Baru


Kita meyakini bahwa GKI Kebayoran Baru adalah karya dari Tuhan, oleh Tuhan, untuk Tuhan. Karya Tuhan itu mewujud melalui keputusan Persidangan Majelis Jemaat GKI Kwitang sekitar tahun 1950-an tentang perintisan gereja dan sekolah di daerah Kota Satelit Kebayoran. Pendeta Isak Siagian dipercayakan untuk melakukan pelayanan perintisan itu. Kegiatan dimulai dengan diselenggarakannya persekutuan-persekutuan di rumah anggota jemaat secara bergiliran. Ketika diresmikan sebagai Pos Kebaktian pada tahun 1956, kegiatan persekutuan terus dipelihara, sekalipun masih berpindah-pindah dari  rumah ke rumah. Lalu, pada tanggal 25 Februari 1962, GKI Kebayoran Baru diresmikan sebagai Jemaat dewasa yang melakukan peribadahan di PSKD Jl. Panglima Polim I No 51 A Jakarta Selatan hingga saat ini.

Menengok lebih jauh ke belakang, kelahiran GKI Kebayoran Baru terkait erat dengan karya Pekabaran Injil yang dilakukan oleh badan Zending Eropa pada pertengahan abad ke XIX. Karya Pekabaran Injil di Jakarta kepada orang-orang Kristen Tionghoa membentuk Gereja Gereformeed  yang beralamat di Jl. Kwitang 28 Jakarta (yang kemudian menjadi GKI Kwitang). Pada awalnya, peribadahan menggunakan Bahasa Belanda sebagai pengantar dan digantikan Bahasa Melayu di kemudian hari. Tugas utama Gereja Gereformeed kala itu adalah memuliakan Allah dengan penekanan pelayanan pada pendidikan, kesehatan dan pengembangan ekonomi masyarakat kecil.

GKI Kebayoran Baru lahir dan dibesarkan dalam pengajaran yang didasarkan pada Alkitab sebagai firman Allah. Hidup bergereja yang ditata dan dikelola dengan memanfaatkan Tata Gereja dan peraturan Gereja yang rapi, teratur dan disiplin. Hal ini terungkap dalam sebuah Akta Persidangan Sinode Gereja Kristen Jawa Tengah berikut,“…bahwa Sinode menegaskan pengakuan percaya atas kitab Suci, Perjanjian Lama dan Baru sebagai firman Allah dan 12 Pengakuan Kepercayaan seturut keterangan Catechismus Heidelberg, sedang aturan Gereja didasarkan atas bentuk pemerintahan Gereja Presbyterial” (Acte Sinode I, art.9 Pertemuan Sinode 1 dan diproklamirkan berdirinya Sinode Gereja Gereja Kristen Indonesia Jawa Tengah  pada 7-8 Agustus 1945 di Magelang, di mana Gereja Gereformeerd Jakarta termasuk di dalamnya).

Dari awal berdirinya, ada 5 corak khas yang tampak dalam  GKI Kebayoran Baru yaitu:

  1. Gereja diawali dan dipahami sebagai persekutuan orang-orang beriman yang menyadari bahwa keberadaannya dari Allah, bukan dari dirinya, bukan dari hasil musyawarah. Gereja dipanggil dan diutus melaksanakan misi Allah  yaitu tindakan Allah yang menyelamatkan manusia seutuhnya dan dunia secara keseluruhan ciptaan dengan cara meneladani kehidupan dan pelayanan Yesus Kristus sebagaimana Yesus Kristus melayani manusia di dunia ini dengan segala persoalan-persoalannya (Kraemer, Theologia Kaum Awam ,1985, h. 96).
  2. Persekutuan di rumah-rumah sebagai wadah penting bagi jemaat untuk belajar Firman Tuhan dan berdoa.
  3. Tugas pokok Gereja adalah memuliakan Allah dengan melaksanakan pelayanan pada pendidikan, kesehatan dan pengembangan ekonomi bagi masyarakat kecil yang membutuhkan.
  4. Gereja dilayani oleh para pemimpin yang berdaulat dan menjadi teladan bagi semua orang
  5. Tata Gereja dan Peraturan Gereja mengatur Organisasi Gereja untuk  mengarahkan kehidupan Gereja dan anggota-anggotanya  mempunyai kehidupan yang rapi, tertib , teratur dan disiplin.

Dengan 5 corak khas inilah Tuhan tetap berkarya melalui jemaat-Nya. Lebih jauh lagi, Tuhan berkenan memberikan kepercayaan untuk melayani dan mendewasakan Pos Jemaat menjadi Jemaat yang dewasa  sebagai berikut:

  1. GKI Bintaro  didewasakan pada 29 Oktober 1981
  2. GKI Jakarta Selatan ( GKI Pondok Indah sekarang ) didewasakan 20 Juni 1984
  3. GKI Puspitek,Serpong, didewasakan 1 Juni 1992 menjadi GKI Serpong, 5 Juni 1994
  4. GKI Pamulang, didewasakan 23 September 1995
  5. GKI Ampera, didewasakan  4 Nopember 2000
  6. GKI Ciledug Raya, didewasakan 21 Januari 2001

Perjalanan GKI Kebayoran Baru tak berhenti di sini. Melalui jemaat-Nya Tuhan terus berkarya memberi pertumbuhan. Selain pertumbuhan kuantitas, kini pertumbuhan GKI Kebayoran Baru juga sangat jelas dari persiapan dan pelaksanaan kebaktian. Pembinaan di semua aras dari kategorial, kewilayahan, katekisasi, Bina Pranikah, Pembinaan Calon Penatua, berjalan dengan baik. Fasilitas penunjang baik untuk Ibadah minggu, dan pelayanan -pelayanan lainnya telah dipersiapkan dan disediakan dengan sangat memadai. Respons anggota jemaat dalam memberikan waktu, dana, tenaga dan talentanya sungguh luar biasa.

Di tengah rasa syukur melihat pertumbuhan yang ada, harus diakui bahwa kini tak ada hari yang kosong dan sepi untuk rapat dan berbagai kegiatan persekutuan. Setiap hari kita selalu merasa kekurangan waktu, orang dan ruangan untuk berdiakonia dan bersaksi. Akibatnya, GKI Kebayoran Baru menjadi Gereja yang luar biasa  sibuk dan padat  dengan berbagai kegiatan. Ada baiknya, dalam kesibukan itu kita merenungkan apakah yang dilakukan berkenan kepada Tuhan dan sesuai dengan apa yang Tuhan inginkan. Apakah  5 corak yang Tuhan karuniakan kepada GKI Kebayoran Baru tetap kuat terpelihara? Apakah semua ini  dapat memenuhi kebutuhan anggota jemaat  GKI Kebayoran Baru dalam bertumbuh dan kokoh dalam  menghadapi tantangan kehidupan nyata?   Apakah kegiatan pembinaan keluarga dapat mempersiapkan anggota jemaat dan keluarganya  untuk hidup menghargai kesucian dan kesetiaan pernikahan? Apakah kesibukan Gereja ini mencerminkan kesetiaan dan kecintaan jemaat dalam mengabdi kepada Tuhan dengan melayani sesama?

Dalam rangka menuju masa depan GKI Kebayoran Baru, ada 2 hal yang harus dihayati:

  1. Persekutuan dihayati sebagai panggilan Allah yang dianugerahkan melalui penebusan Yesus Kristus. Persekutuan sebagai panggilan Allah artinya Allah memberikan kesempatan kepada manusia untuk menerima solidaritas Allah. Allah mau memahami dan merasakan tinggal bersama manusia dengan segala problematika kehidupannnya. Allah yang tinggal bersama manusia itu juga akan memberikan kekuatan dan pertolongan agar manusia dapat mengatasi segala problematika kehidupannya sehingga dapat menjalankan kehidupan seutuhnya. Persekutuan bukan dimaksudkan untuk kebanggaan kelompok namun memberikan teladan bagi seluruh jemaat bagaimana jemaat harus merendahkan diri seperti Allah yang mau solider dengan kehidupan mereka yang menderita. Persekutuan sebagai panggilan Allah dimaksudkan agar jemaat membangun kepekaan terhadap pergumulan dan penderitaan sesamanya. Persekutuan dipahami sebagai anugerah melalui karya penebusan Yesus berarti kita dipersatukan dalam tubuh Kristus untuk melaksanakan Misi Allah. Dengan demikian persekutuan bukan sekedar kumpul-kumpul baca Alkitab dan berdoa tetapi kesiapan bagi yang hadir untuk memberi dan berkorban. Persekutuan doa, Pemahaman Alkitab bukan dimaksudkan untuk memperoleh lebih banyak anugerah tetapi sebagai ungkapan syukur atas anugerah dan potensi yang diberikan Yesus Kristus.

    Persekutuan adalah anugerah karena setiap orang yang hadir terlibat dan ambil bagian dalam Misi Allah. Jika dalam persekutuan setiap orang berpartisipasi memberi diri sesuai dengan potensinya, maka Gereja memiliki potensi yang besar untuk menjalankan Misi Allah yaitu menghadirkan kerajaan Allah bagi manusia yang menderita. Alkitab mengajarkan Persekutuan, Pelayanan dan Kesaksian sebagai Tri Tugas Panggilan Gereja yang tak terpisahkan dan yang harus dikerjakan bersama-sama dalam rangka menghadirkan Kerajaan Allah di dunia ini. Dengan demikian, kita tidak dapat melakukan yang satu dan mengabaikan yang lain.

    Kesaksian dan Pelayanan bukanlah ditujukan untuk menambah anggota jemaat atau sebagai ekspansi agama, melainkan suatu spontanitas untuk berbagi pengalaman iman yang personal dan eksistensial. Penghayatan ini juga tampak dalam pengajaran Yesus dalam petikan Injil berikut, “Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab kamu mengarungi lautan dan menjelajah daratan, untuk mentobatkan satu orang saja menjadi penganut agamamu dan sesudah ia bertobat, kamu menjadikan dia orang neraka, yang dua kali lebih jahat dari pada kamu sendiri.” (Matius 23:15)

  2. Keluarga Kristen sebagai Potret Kerajaan Allah yang sedang dan akan datang. Keluarga adalah anugerah Tuhan yang diberikan secara khusus kepada mereka melalui pernikahan. Di dalam pernikahan itu, Tuhan melengkapi dengan kasih yang mula mula dan sempurna. Kasih yang mula-mula dan sempurna berarti memberi yang terbaik sesuai kehendak Tuhan. Jika setiap anggota mau memberi dan berkorban seperti ini maka sungguh luar biasa kebahagiaan yang dia alami. Setiap keluarga harus berjuang untuk mempunyai kehidupan keluarga yang diharapkan Tuhan. Melalui keluarga, sesungguhnya Allah sedang melatih kita untuk memasuki Kerajaan Allah yang sedang dan akan datang itu. Jemaat belajar tentang iman, mengasihi, menghargai dan menghormati dari keluarga. Hidup dalam keluarga merupakan latihan untuk hidup dalam masyarakat. Keluarga Kristen merupakan gambaran dari Kerajaan Allah yang sedang dan yang  akan datang. Keluarga merupakan latihan bagi jemaat bagaimana hidup beriman, memperhatikan  satu sama lain, dan hidup mengasihi yang lain seperti dirinya sendiri. Kehangatan dan keharmonisan dalam keluarga merupakan modal penting  dalam persekutuan Gereja yang sedang menjalankan Misi Allah.

Kiranya  HUT ke 57 GKI Kebayoran Baru mengingatkan semua anggota Jemaat untuk menghargai Karya Tuhan  di masa lalu dan masa kini serta mewujudkan Keluarga sebagai Potret Kerajaan Allah yang sedang dan yang akan datang bagi kemuliaan Tuhan. Selamat Ulang tahun GKI Kebayoran Baru. Tuhan memberkati!