BAHAN PEMAHAMAN ALKITAB WILAYAH - SEPTEMBER 2017


Tema       :  “BELAJAR DARI KETIDAK SETIAAN TIDAK MENJADI SEPERTI YUDAS”

Bacan       :  Lukas 22 : 3 - 6 (47 - 48)

 

Situasi Paskah Yahudi.

Paskah merupakan perayaan besar bagi umat Yahudi. Mereka merayakan penghayatan peristiwa besar keluarnya nenek moyang mereka dari tanah perbudakan di Mesir menuju tanah perjanjian. Menjelang perayaan Paskah situasi Yerusalem begitu padat dan hiruk pikuk oleh sejumlah besar orang. Sudah menjadi semacam aturan masyarakat yang tinggal pada radius 20 km harus datang untuk merayakannya di Bait Allah. Pada saat itu juga umat Yahudi yang terserak ke seluruh penjuru dunia berdatangan ke kota suci leluhur mereka. Mereka memiliki keyakinan dan kepercayaan paling tidak sekali seumur hidup mereka harus mengunjungi Yerusalem.

Di tengah hiruk pikuknya orang-orang yang berdatangan, para pemimpin Yahudi bermufakat mencari jalan untuk menangkap Yesus. Keramaian yang ada dimanfaatkan dengan cara agar tidak mengakibatkan kegaduhan. Bagi sebagian pemimpin Yahudi Yesus dianggap sebagai “pesaing, musuh, pengacau” yang harus disingkirkan. Tujuan utama mereka menangkap dan membunuh Yesus. (ay 1,2). Mereka benar-benar mencari cara agar rencanya berjalan mulus dan tidak mendapat halangan.

 

Keberadaan Yudas diantara dua belas murid Yesus.

Yudas adalah satu dari dua belas orang yang dipanggil dan dipilih Yesus untuk menjadi murid-Nya (Yoh 6:71). Sekitar tiga tahunan ia dan teman-temannya berada dalam satu komunitas, hidup bersama, bepergian bersama dan melakukan banyak hal di bawah pimpinan Yesus. Bahkan Yedas diberi kepercayaan untuk mengatur “rumah tangga” komunitasnya sekaligus menjadi bendahara (Yoh 12:6, 13:29). Dalam beberapa tindakan Yudas tidak hanya mengelola apa yang menjadi tanggungjawabnya, ia ingin menguasai apa yang bukan menjadi bagiannya dengan alasan pelayanan dan tindakan sosial.

Yudas yang ingin memenuhi ambisinya itu memilih jalan pintas. Yudas memanfaatkan situasi menjelang Paskah. Di tengah situasi dan keadaan penghayatan yang begitu dalam akan peristiwa keluarnya bangsa Israel dari tanah perbudakan itu, Iblis masuk ke dalam diri Yudas (Luk 22:3). Melalui rencananya yang  matang ia bersekongkol dengan orang-orang yang memusuhi Yesus (pemimpin agama Yahudi). Yudas yang tidak lain adalah orang “dalam” dari komunitas Yesus, tiba-tiba membelot dan tindakannya tidak diduga sedemikian jahat. Di keheningan malam setelah Yesus berdoa di taman Getsemani, Yudaslah yang menunjukkan Yesus untuk diciduk kepada rombongan pemimpin Yahudi dengan cara mencium. Ciumannya itu untuk menunjukkan kepada mereka bahwa itulah Yesus orang yang ditanggkap untuk diadili (Luk 22:47).

Apa yang Yudas lakukan nampaknya sebagai pilihan demi uang menggiurkan yang dijanjikan mereka (Mat 26:15). Tindakan Yudas itu direncanakannya dengan perhitungan yang menurutnya tidak akan membuat fatal. Pengalamannya bertahun-tahun mengikut dan hidup bersama Yesus, menimbulkan pemahaman dan penghayatan kalau Yesus itu orang yang luar biasa. Yesus mampu melakukan tindakan ajaib seperti yang berulangkali ia saksikan. Yudas berfikir, Yesus tentu mampu membebaskan diri-Nya, namun dugaan itu meleset. Kedepannya Yudas menyesal atas tindakan yang dilakukan (Mat 27:5) – (penyesalan Yudas tidak disertai pengakuan dosa dan pertobatan) dan yang diperolehnya kematian dalam kesia-siaan. Melalui persekongkolannya dengan pemimpin Yahudi, maka muluslah upaya yang direncanakan mereka untuk “menghabisi” Yesus. Mereka seolah lepas tangan setelah penangkapan Yesus karena upaya penghukuman digiring ke ranah politis pada kekuasaan Romawi. Sementara uang yang telah diberikan kepada Yudas telah dibelikan sebidang tanah (Kisah 1:18).

 

Peran Iblis dalam rencana Yudas.

Seperti kita ketahui, apa yang jahat bukanlah dari Allah. Iblis berperan untuk mempengaruhi tindakan dan keputusan seseorang melakukan niat dan tindakan jahat. Di sisi lain manusia juga menentukan perannya untuk bertindak dengan cara melakukan atau menolak niat Iblis (ingat peristiwa Adam dan Hawa – Kej 3::1-7). Setiap manusia sesungguhnya diberi kehendak bebas oleh Allah untuk melakukan apapun, namun harus bertanggungjawab dengan kebebasannya. Sekalipun Yudas bersama teman-temannya hidup dekat dan bersama Yesus namun Yudas menentukan pilihan hidupnya menurut caranya sendiri. Yudas ingin mendapatkan lebih dari apa yang diperoleh dan Iblis memanfaatkan situasi tersebut. Kejahatan pada diri Yudas bukan karena takdir atau nasib yang seolah sudah diatur dan digariskan Allah. Semua itu pilihannya sendiri.

 

PERTANYAAN :

  1. Mengapa manusia mudah jatuh ke dalam dosa seperti tindakan Yudas yang mengambil keputusan mengikut cara Iblis padahal dia dekat dan hidup bersama Yesus? Jelaskan.
  2. Berulangkali Yesus telah mengingatkan Yudas (Lukas 22:21-23) tetapi mengapa Yudas tidak mendengar suara Tuhan?
  3. Bagaimana kita mendengar dan membedakan suara Tuhan?
  4. Sesungguhnya kita menyadari bahwa suara Tuhan pasti baik, namun sering kali kita tidak mendengar suara-Nya.
  5. Mengapa pada masa kini sering terjadi adanya orang-orang yang menghianati Yesus melalui kehidupan keluarga dan kehidupan sosial pernikahan, pekerjaan dan kehidupan sosial lainnya. Jelaskan. Apakah kita pernah merasa menghianati Yesus dalam kehidupan nyata?
  6. Apakah yang akan kita lakukan bila kita menyadari bahwa diri kita sebagai orang yang tidak setia.

 

PUJI-PUJIAN :

PKJ 265:1,2 “BUKAN KAR’NA UPAHMU”

Bukan kar’na upahmu

dan bukan kar’na kebajikan hidupmu,

Bukan persembahanmu

dan bukan pula hasil perjuanganmu :

Allah mengampuni kesalahan umat-Nya,

oleh karena kemurahan-Nya;

Melalui pengorbanan Putra Tunggal-Nnya

ditebus-Nya dosa manusia.

 

Refr.  Bersyukur, hai bersyukur, kemurahan-Nya pujilah!

Bersyukur, hai bersyukur selamanya!

 

Janganlah kau bermegah

dan jangan pula meninggikan dirimu;

Baiklah s’lalu merendah

dan hidup dalam kemurahan kasih-Nya.

Keangkuhan tiada berkenan kepadaNya;

orang sombong direndahkan-Nya.

Yang lemah dan hina dikasihi-Nya penuh,

yang rendah ‘kan ditinggikan-Nya.

 

PKJ 172 “DI HENINGNYA MALAM INI”

Di heningnya mala mini, tulus dan rendah hati,

Berlutut berdoa pada-Mu; inilah bisik kalbu.

Apa yang aku miliki, tubuh dan jiwa ini,

kuserahkan hanya pada-Mu, kurban persembahanku.

Walau ‘ku brdosa, walau ternoda,

tetapi darah yang kudus t’lah sucikan diriku.

Dan jati diriku kini bukan diriku lagi,

melainkan Kristus Tuhanku, hidup dalam diriku