BAHAN PEMAHAMAN ALKITAB WILAYAH - MAY 2017


Tema : APAKAH PERAN SAYA, HAMBA, MURID, SAHABAT?

Bacaan : I Petrus 2:18-25

 

Latar Belakang

Apa yang dituliskan dalam surat Petrus pertama, secara umum kehidupan umat Tuhan kala itu berada dalam tekanan dan keadaan sulit yang sangat luar biasa. Tindak kekerasan, penangkapan, penganiayaan, bahkan pembunuhan terhadap pengikut Kristus merupakan resiko yang harus mereka tanggung. Di tengah keadaan seperti itu Injil tetap diwartakan bahkan diterima yang menjadikan terwujudnya persekutuan jemaat Kebanyakan anggota jemaat berasal dari kalangan bawah yang tidak lain bagian dari kaum tawanan. Tindak expansi Romawi ke beberapa wilayah, menjadikan adanya orang-orang yang ditawan dan mereka dijadikan budak. Pengenalan akan Kristus sebagai Tuhan dan Juruselat diantara mereka dimungkinkan terjadi di negeri asal atau ditularkan diantara kalangan bawah setelah mereka menjadi budak. Pergumulan iman sebagai orang percaya bukan hanya sekedar dalam relasi budak dengan tuannya, namun adanya tekanan dari penguasa tertinggi Romawi yang berkuasa penuh di seluruh kekaisaran.

Kehidupan hamba sebagai bagian kehidupan jemaat perdana Surat yang dituliskan oleh Petrus sangat relevan dengan situasi yang diterima para hamba dan budak, yang tidak lain sebagai bagian terbesar dari persekutuan gereja mula-mula. Budak-budak yang berawal dari tawanan bukan hanya sebagai pekerja kasar dan pekerja rumah tangga. Mereka semula orang merdeka dan memiliki pekerjaan dalam hidup bermasyarakat. Setelah mereka ditawan, mereka tidak lagi menjadi orang merdeka. Mereka dibeli dari penguasa oleh para pemilik uang “konglomerat” untuk dijadikan miliknya. Segala pekerjaan dan ketrampilan yang mereka miliki sebagai dokter, guru, musisi, actor, sekretaris dan lainnya tidak lagi untuk dirinya dan keluarga. Semua yang dihasilkan dari pekerjaannya itu dipergunakan untuk kepentingan tuannya yang telah menjadi “pemilik” mereka. Dalam hukum Romawi, para budak dinilai sama seperti barang, kehidupannya tidak dihargai dan tidak lagi memiliki hak atas hidup pada dirinya. Satu-satunya yang mebedakan antara benda mati dengan budak sebagai barang adalah budak dapat berbicara. Budak tidak lain hanyalah alat yang hidup bagi pemiliknya. Sangat dipastikan, mereka tidak memiliki hak dalam hukum dan kepemilikan. Fakta menunjukkan sekalipun mereka diperlakukan dengan baik oleh tuannya, mereka tetaplah barang. Jika mereka diperlakukan dengan bengis oleh “pemilik” maka harus diterima dan dijalani.

Pada masa perbudakan, mereka yang telah dimiliki tuannya bisa saja telah hidup berkeluarga maka mereka sekeluarga adalah milik tuannya. Kehidupan pernikahan bagi hamba laki-laki dan perempuan tidak ada karena tidak diakui. Mereka dapat hidup layaknya suami-istri dan membangun kelurga. Anak-anak yang dihasilkan dari hidup bersama dalam keluarga budak bukanlah milik pasangan tersebut, tetapi milik tuannya yang nantinya diperlakukan untuk kepentingan tuannya pula. Kehidupan mereka tidak ubahnya seperti domba yang diternakan dan dipelihara kaum gembala. Di tengah situasi dan keadaan seperti itulah kekristenan tumbuh. Dimungkinkan sebelum mereka menjadi budak mereka telah menjadi Kristen terlebih dahulu. Kemungikinan lain kekristenan berkembang di kalangan mereka setelah menjadi budak melalui perjumpaan diantara mereka yang saling memberitakan kabar baik. Yang pasti kekristenan masuk dan diterima serta menjadi bagian hidup di kalangan bawah. Pesan kekristenan yang mereka hayati adalah bahwa setiap orang berharga – bernilai di hadapan Allah. Sekalipun secara nyata mereka menjadi orang yang telah dimiliki tuanya (budak) namun di hadapan Allah mereka berarti. Dalam keadaan semacam itu muncul dualisme, kumuliaan di hadapan Allah – dan ketidak berhargaan sebagai manusia yang tidak lagi merdeka. Hal tersebut membahayakan kalau mereka membrontak kepada pemilik mereka.

Dalam keadaan seperti itu Petrus mendesak agar seorang budak menjadi budak yang baik dan bekerja dengan penuh kesetiaan. Mereka harus tunduk pada perbudakannya, dan secara nyata mereka berharga di hadapan Allah bila mereka bertanggungjawab dengan baik dan benar dalam melakukan panggilan hidupnya. Apa yang dilakukan dengan baik dan benar lakukanlah dengan sukacita karena itu merupakan karunia yang diberikan Allah sebagai orang beriman. Bagaimana hubungan hamba jika tuannya menjadi Kristen? Secara sederhana orang akan berpandangan bila majikan mereka menjadi Kristen maka hak-hak mereka sebagai orang merdeka akan dipulihkan. Harus kita bayangkan sekalipun mereka telah bersama-sama menjadi Kristen dan sama berharganya di hadapan Allah, bukan berarti merubah kehidupan nyata dalam relasi dan tanggungjawab yang harus dikerjakan sesuai panggilannya. Seorang majikan tentu memiliki tanggungjawab besar atas apa yang dimiliki termasuk terhadap hamba-hambanya yang sama-sama Kristen. Cara pandang Kristus bagi para majikan dengan menempatkan kasih melalui tindakan tidak kasar, menghargai hasil pekerjaan dan menghargai bahwa mereka sesama manusia adalah bagian dari kasih yang diwujudkan.

Sekalipun aturan perbudakan tidak dengan mudah dihapuskan, munculah nilai bahwa mereka sesame manusia. Sebaliknya bagi para budak sendiri, mereka harus menyadari bahwa tuannya adalah orang yang dihargai dan dihormati. Kekristenan bukanlah alasan untuk menuntut pembebasan dari kedisiplinan, namun seharusnya membuat mereka berada di bawah kedisiplinan diri dan membuatnya lebih sadar daripada yang lain. Ketertundukan sebagai budak-budak Kristen kepada tuannya, karena dalam kekristenan tidak membuat mereka menjadi pembrontak yang tidak puas, namun menjadikan mereka kaum pekerja yang menemukan ilham baru di dalam Kristus sebagai orang yang baik dan jujur. Orang Kristen harus tetap menjadi Kristen dalam situasi dan keadaan apapun yang tentu tidak gampang untuk perubahan hak menjadi orang yang bebas sebebas-bebasnya. Sebagai orang Kristen yang juga harus mereka sadari bahwa mereka juga sebagai murid Kristus, relasi yang terwujud dalam kehidupan berjemaat menunjukkan adanya persahabatan dan persaudaraan. Dalam hubungan tuan dengan hamba, sebenarnya secara nyata seperti kehidupan pada masa kini bila atasan dan bawahan berada di tengah komunitas jemaat yang sama. Walaupun mereka menjadi milik tuannya jangan dibayangkan bahwa mereka selalu berada di bawah tekanan.

Dengan kekristenan yang disertai tanggungjawab sebagai pekerja-pekerja yang baik, sekalipun hasil yang diperoleh bukan untuk dirinya namun untuk tuannya yang menjadi pemilik, maka tuannya akan melihat kehidupan itu lebih positif. Kristus yang diwujudkan dapat meluluhkan hati tuannya untuk tidak bertindak dengan semena-mena terhadap mereka. Tuannya juga akan bangga dan bila ada ancaman terhadap orangorang yang dimiliki maka sang tuan akan berusaha mempertahankan apa yang dimiliki. Terhadap tekanan dari pembesar seperti yang dilakukan Kaisar Nero, maka penguasa tidak dapat semena-mena merampas barang miliki seorang “konglomerat”. Paling tidak dengan kebengisan penguasa tertinggi kekaisaran Romawi. kaum budak itu masih memperoleh perlindungan melalui tuannya.

 

PERTANYAAN UNTUK DISKUSI

1. Apa yang membedakan kehidupan budak sebelum dan sesudah mereka menjadi Kristen?

2. Mengapa setelah hamba dan tuan menjadi Kristen sekalipun nilai-nilai kekristrenan diwujudkan status hamba – tuan itu tetap ada?

3. Apa yang membedakan dan mempersatukan relasi hamba, murid Kristus dan sahabat di tengah kehidupan jemaat yang pernah dilayani Petrus?

4. Perjuangan seperti apa yang diwujudkan dalam kekristenan sekalipun pada saat itu tidak langsung menghapus perbudakan?

5. Penerapan seperti apakah yang kita peroleh melalui Pemahaman Alkitab saat ini dalam hubungan hamba – murid Kristus - sahabat?

 

PUJIAN-PUJIAN

1. KJ. 387 “Ku Heran Allah Mau Memb’ri”

‘Ku heran Allah mau membri rahmat-Nya padaku.

dan Kristus sudi menebus yang hina bagaiku!

Refr. Namun ‘ku tahu yang kupercaya

dan aku yakin kan kuasa-Nya,

Ia menjaga yang kutaruhkan

hingga hari-Nya kelak!

2. Ku heran oleh rahmat-Nya hatiku beriman,

dan oleh kuasa Sabda-Nya jiwaku pun tent’ram.

3. Ku heran oleh Roh Kudus ‘ku sadar dosaku

dan dalam Firman kukenal siapa Penebus.

4. Seluruh jalan hidupku tetap rahasia,

seb’lum ‘ku jumpa ajalku dan nampak wajah-Nya.

5. Ku tidak tahu harinya k’lak kembali Tuhanku,

‘ku sudah mati ataukah ‘ku langsung bertemu.

 

2. NKB. 139 “Hidup yang jujur”

Hidup yang jujur hendak kuserah

pada Yesusku yang aku sembah.

Persekutuan mesra dan kudus

ingin kuikat dengan Penebus.

Refr. Ya Yesus, Kau kurbankan darah-Mu bagiku;

ku b’ri masa depanku dan hidup bagi-Mu.

Hatiku kuserahkan menjadi tahta-Mu

Kuminta, kuasailah seluruh hidupku.< p/>

2. Bagiku Yesus memb’ri nyawa-Nya

menanggung dosaku di Golgota.

Terdorong kasih begitu mulia,

seluruh hidup kub’ri pada-Nya.

3. Di mana-mana, setiap kerja

‘kan kulakukan demi nama-Nya.

Rela menanggung sengsara pedih,

kuikut Yesus, kupikul salib.