BAHAN PEMAHAMAN ALKITAB WILAYAH - JULI 2017


KONTEKS YAKOBUS 4 : 1 - 7

Memahami maksud sebuah surat, baik sebagai surat pribadi atau sebagai karya sastra sangat dipengaruhi oleh konteks si pengirim dan si pembaca, juga mempertanyakan apa yang menyebabkan si pengirim menuliskan suratnya. Sebagai alat komunikasi surat bisa berisi hanya pemberitahuan umum tentang situasi dan kondisi si pengirim. Bisa berisi nasihat atau wejangan dari si pengirim kepada si pembaca, ini sangat biasa dilakukan oleh orangtua kepada anaknya yang sekolah atau merantau jauh dari kampungnya. Bisa juga sebagai pelepas rindu si pengirim, karena tidak dapat menjumpai si pembaca atau semacam korespondensi antara si pengirim dan si pembaca. Surat itu ternyata berbicara banyak sekali, tentang cinta, perasaan, pengalaman, harapan, rencana, yang pasti surat berbicara banyak tentang kehidupan itu sendiri. Di dalam surat pasti ada yang jelas dan yang kurang jelas, sehingga membutuhkan penjelasan yang lebih lagi, oleh karena itu butuh dipahami bahkan ditafsirkan, sebab selain yang tersurat, pasti ada juga tersirat dari sebuat surat.

Yakobus sebagai surat pun membutuhkan perhatian yang demikian. Surat Yakobus tergolong dalam surat-surat Katolik, yaitu surat yang dialamatkan kepada umum, kepada semua orang Kristen (surat-surat Gereja). Isinya bukan merupakan satu kesatuan, melainkan serangkaian nas perenetis (nasihat-nasihat), didaktis dengan 54 perintah dan peringatan-peringatan, serta berhubungan dengan soal-soal praktis kehidupan, Bahkan Barclay menyebutnya mirip sebuah khotbah. Dari sisi bahasa, surat ini ditulis dalam bahasa Yunani yang sangat baik, dengan gaya bahasa yang indah yang menunjukkan pengetahuan mengenai sastra Yunani. 

Memperhatikan hal-hal tersebut, maka dapat dimengerti bahwa si pembaca surat Yakobus memiliki pergumulan kehidupan sebagai gereja atau sebagai seorang Kristen (baca umat). Umat tengah kehilangan gairah hidup dan condong kepada formalisme, karena pengakuan iman mereka tidak nyata dalam kehidupan sehari-hari, sehingga si pengirim surat butuh memberi nasihat-nasihat moral kepada mereka. Tetapi apakah hanya nasihat moral? Inilah yang perlu didalami lagi dari surat Yakobus, teramat khusus pasal 4, sebab bisa saja ini menyangkut kehidupan itu sendiri secara umum, dan bukan sekadar hal-hal moral saja.

Membaca dengan seksama Yakobus 4, maka paling tidak ada empat nasihat yang disampaikan. Pertama, soal kehendak manusia versus kehendak Allah atau persahabatan dunia versus persahabatan dengan Allah atau hawa nafsu manusia versus keinginan Roh (ayat 1- 6), khususnya dalam hubungannya dengan keinginan manusia, termasuk dalam doanya sekalipun. Kedua, soal ketundukan kepada Allah (ayat 7- 10); ketiga, soal menghakimi dan memfitnah (ayat 11- 12) lalu yang keempat, soal arti hidup dalam kehendak Tuhan (ayat 13- 17).  

 

PERTANYAAN

1.   Dalam KBBI, hawa nafsu diartikan sebagai berikut: desakan hati dan keinginan keras (untuk menurutkan hati, melepaskan amarah, dsb.).  Dalam pengertian yang demikian, hawa nafsu dalam hal apa serta yang bagaimana yang kita pelajari dari teks Yakobus 4?

2.   Keingian apa yang Saudara miliki sekarang ini, hari ini, minggu ini, bulan ini atau tahun ini yang sesungguhnya dapat disebut sebagai hawa nafsu atau memang kehendak Allah?

3.   Diskusi dan dialogkanlah hubungan antara hawa nafsu dengan kecongkakan! Bandingkan dengan ayat 16, ayat 12 lalu ayat 10.

4.   Apa yang Saudara dapat hubungkan antara hawa nafsu dan mendua hati dalam ayat 8 dengan nasihat ‘tunduklah kepada Allah dan lawanlah Iblis’ di ayat 7?

5.   Apakah Saudara termasuk:

a.   Yang hidup dengan perencanaan?

b.   Yang mengetahui arti hidup?

c.    Yang mempunyai tujuan hidup?

Jika jawaban Saudara “ya”, bagaimanakah Saudara mengetahui bahwa itu kehendak Allah?

6.   Jika Saudara berjumpa dengan orang lain yang hidup dalam perencanaan, lalu salah satu, termasuk Saudara yang melakukan kesalahan atau perubahan, apa dan bagaimana sikap Saudara?